Beberapa orang mungkin beranggapan bahwa skrining kesehatan mental cukup dilakukan ketika seseorang mulai mengalami gejala gangguan mental.

Padahal, sama halnya seperti pemeriksaan fisik secara rutin, skrining kesehatan jiwa sebaiknya dilakukan tanpa perlu menunggu kemunculan gejala.

Lantas, bagaimana cara melakukan skrining kesehatan mental? Perlukah mendatangi psikolog atau psikiater?

Manfaat skrining awal kesehatan mental

Mengutip hellosehat.com tujuan utama dari skrining awal kesehatan mental adalah mendeteksi sedini mungkin sekaligus mengetahui risiko untuk mengalami gangguan mental.

Hasil uji kesehatan jiwa dapat menunjukkan risiko terhadap depresi, gangguan kecemasan, gangguan stres pascatrauma (PTSD), dan masih banyak lagi.

Seperti masalah kesehatan pada umumnya, semakin dini gangguan mental dideteksi, semakin baik pula penanganan yang bisa diberikan oleh penyedia layanan kesehatan.

Skrining awal kesehatan mental adalah mendeteksi sedini mungkin sekaligus mengetahui risiko untuk mengalami gangguan mental.

Dengan begitu, risiko komplikasi gangguan kesehatan mental, seperti penyalahgunaan obat-obatan, tindak kekerasan, hingga keinginan bunuh diri juga dapat diminimalkan.

Manfaat ini tentu saja tidak hanya dirasakan oleh pasien atau seseorang yang berisiko mengalami gangguan jiwa, tetapi juga orang-orang di sekitarnya.

Siapa yang perlu melakukan skrining kesehatan mental?

Setiap orang berhak menjalani skrining kesehatan jiwa sedini mungkin. Terlebih, beberapa gejala gangguan mental pada tahap awal sering kali tidak spesifik.

Namun, ada beberapa kondisi yang membuat perlu melakukan skrining kesehatan jiwa.

  • Makan atau tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit.
  • Menarik diri dari orang-orang terdekat Anda dan aktivitas sehari-hari.
  • Mudah lelah, bahkan saat tidak melakukan apa-apa.
  • Punya riwayat keluarga dengan gangguan mental.
  • Sulit berkonsentrasi.
  • Timbul perasaan putus asa atau tidak berdaya.
  • Mudah bingung, lupa, gugup, marah, cemas, atau takut.
  • Timbul pikiran atau kenangan buruk yang tidak bisa disingkirkan.
  • Mendengar suara yang tidak didengar oleh orang lain.
  • Berpikir untuk menyakiti atau membunuh diri sendiri atau orang lain.

Selain itu, uji kesehatan mental sebaiknya juga dilakukan oleh seseorang yang mengalami ketergantungan rokok, obat-obatan, minuman beralkohol, dan judi.

Pelaksanaan skrining awal kesehatan jiwa

Tahap awal pemeriksaan kesehatan mental biasanya dilakukan dengan tanya-jawab seputar kondisi emosional, termasuk nafsu makan, pola tidur, dan pengalaman buruk dalam hidup.

Selain itu, dokter atau psikolog biasanya juga bertanya tentang riwayat penggunaan obat-obatan dan kebiasaan sehari-hari.

Berbagai pertanyaan tersebut bisa ditanyakan secara langsung maupun melalui pertanyaan tertulis.

Pastikan untuk menjawab semua pertanyaan dengan jujur, sebab jawaban yang diberikan akan sangat berpengaruh dengan hasil diagnosis.

Setiap orang bisa menerima tes skrining yang berbeda, sesuai dengan gejala yang dirasakannya.

Selain itu, metode skrining yang dilakukan pada anak-anak tentu saja berbeda dengan orang dewasa. Pada anak-anak, orang tua biasanya juga diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan.

Jika hasil skrining menunjukkan bahwa pasien berisiko tinggi atau sudah menunjukkan gejala gangguan mental, psikolog atau psikiater akan meminta pasien untuk menjalani pemeriksaan lanjutan.

Tujuan dari uji kesehatan jiwa lanjutan adalah mengetahui jenis gangguan mental yang dialami pasien dan menentukan perawatan terbaik. (Rdm/Art/Kes)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *