Manado – Kota Manado kembali menunjukkan geliat ekonominya melalui tren baru yang kini sedang populer di kalangan masyarakat, yaitu jual beli sepatu bekas bermerek. Salah satu titik pusat aktivitas ini berada di Kelurahan Winangun, Kota Manado. Sebuah usaha jual beli sepatu bekas bermerek yang baru dibuka dua minggu lalu, kini berhasil menarik minat konsumen dalam jumlah besar setiap harinya.
Dibuka secara sederhana di sebuah ruko kecil di pinggiran jalan utama, usaha yang dijalankan oleh Rafi Onibala ini mencatatkan angka penjualan yang luar biasa. Dalam sehari, Rafi bisa menjual antara 30 hingga 50 pasang sepatu. Angka tersebut tergolong tinggi untuk ukuran bisnis lokal yang masih dalam tahap awal operasional.
Rafi menyebut bahwa minat masyarakat terhadap produk yang ditawarkannya tidak hanya datang dari warga sekitar Kelurahan Winangun, tetapi juga dari konsumen yang datang dari luar Kota Manado. Beberapa bahkan berasal dari Kabupaten Minahasa hingga Bolaang Mongondow, membuktikan daya tarik sepatu bekas bermerek yang kini menjadi tren tersendiri.

Tren Thrifting dan Kebutuhan Gaya Hidup
Fenomena ini tak bisa dilepaskan dari budaya thrifting atau berbelanja barang bekas yang terus tumbuh di kalangan masyarakat urban. Di Manado, tren tersebut mulai berkembang pesat, terlebih di kalangan remaja dan mahasiswa. Gaya hidup hemat dan ramah lingkungan menjadi alasan utama di balik tren ini. Namun lebih dari itu, faktor utama tetaplah harga dan kualitas barang yang masih layak pakai.
Sepatu-sepatu yang dijual di toko milik Rafi terdiri dari berbagai merek ternama seperti Nike, Adidas, New Balance, hingga Converse. Ada pula sepatu khusus olahraga seperti futsal dan lari, yang dijual dalam kondisi masih sangat baik. Meskipun barang bekas, namun secara visual dan fungsional, produk-produk tersebut masih tergolong prima.
“Saya biasa belanja di sini karena selain murah, sepatu-sepatunya juga keren dan masih sangat layak pakai,” ungkap Bella, seorang mahasiswa yang datang dari wilayah Teling untuk berbelanja. “Kalau tahu caranya memilih, kita bisa dapat sepatu yang kualitasnya hampir sama dengan yang baru, tapi harganya jauh lebih murah.”

Harga Terjangkau untuk Semua Kalangan
Dari sisi harga, sepatu yang dijual memang relatif lebih murah dibandingkan di toko retail konvensional. Untuk sepatu anak-anak, harga berkisar antara Rp120.000 hingga Rp150.000. Sementara sepatu dewasa dibanderol dengan harga antara Rp200.000 hingga Rp800.000, tergantung merek dan kondisi barang.
Harga yang terjangkau ini menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi keluarga muda, pelajar, dan mahasiswa. Bahkan, menurut pengakuan Rafi, beberapa pelanggan setianya datang setiap minggu untuk melihat koleksi baru yang masuk.
“Barang baru biasanya datang seminggu dua kali. Kami ambil dari Jakarta dan Surabaya, kadang juga dari Batam. Kami sortir satu-satu untuk pastikan kualitasnya sebelum dijual,” kata Rafi. Ia juga mengungkapkan bahwa tidak semua barang bisa langsung dijual. Proses pembersihan dan pengecekan menjadi bagian penting dari sistem usahanya.

Pemasaran Online: Menjangkau Lebih Luas
Selain penjualan langsung di toko, Rafi juga memanfaatkan platform media sosial untuk menjangkau lebih banyak konsumen. Lewat akun Instagram dan Facebook yang dikelolanya sendiri, ia rutin mengunggah foto-foto koleksi terbaru lengkap dengan informasi harga dan ukuran.
Respons dari pasar digital pun sangat positif. Rafi menyebut bahwa sekitar 40 persen dari total penjualannya berasal dari konsumen yang membeli secara daring. Ia menggunakan sistem pesan antar dan bekerja sama dengan layanan ekspedisi lokal untuk pengiriman barang.
“Kami kirim ke mana saja. Yang penting pelanggan percaya dulu dengan kualitas barang. Setelah itu biasanya mereka beli lagi dan bahkan promosi ke teman-teman mereka,” ujar Rafi.

Efek Domino ke Ekonomi Sekitar
Usaha ini tidak hanya menguntungkan pemiliknya, tetapi juga memberikan dampak ekonomi kepada warga sekitar. Rafi mempekerjakan dua orang karyawan tetap yang bertugas untuk membersihkan, menata, dan melayani pelanggan. Selain itu, beberapa pemuda setempat juga ikut dilibatkan sebagai kurir pengantar barang dalam skala lokal.
Warung makan dan penjual minuman di sekitar lokasi usaha pun ikut merasakan peningkatan jumlah pengunjung. Saat ramai pembeli, tempat ini bisa menjadi titik keramaian yang tidak hanya diisi oleh orang-orang yang ingin belanja, tetapi juga bersantai sambil menunggu teman atau keluarga memilih sepatu.

Kepercayaan Konsumen Kunci Utama
Kepercayaan pelanggan menjadi elemen penting dalam keberlangsungan usaha ini. Menurut Bella, konsumen saat ini sangat selektif dan hanya akan membeli jika merasa yakin dengan kualitas barang yang dijual. Oleh karena itu, Rafi berkomitmen untuk tidak menjual barang yang kondisinya terlalu rusak atau sudah tidak layak pakai.
“Kami tahu orang bisa membedakan mana sepatu yang layak dan mana yang tidak. Kalau kami jual yang jelek, pelanggan bisa kabur dan tidak akan balik lagi. Jadi, kepercayaan itu harus dijaga,” jelas Rafi.

Daya Tarik Visual Toko
Meskipun bersifat usaha mikro, penataan toko menjadi salah satu kekuatan dari tempat ini. Rak-rak kayu sederhana digunakan untuk menampilkan sepatu-sepatu secara terorganisir berdasarkan ukuran dan jenis. Bagian depan toko didekorasi dengan mural bertema sepatu dan gaya hidup anak muda, menambah kesan artistik dan kekinian.
Interior toko yang terang dan bersih juga memberikan kenyamanan bagi pelanggan. Musik ringan diputar sepanjang hari untuk menciptakan suasana santai. Hal ini menjadi faktor yang membuat banyak pengunjung betah berlama-lama di toko.

Menyasar Segmen Kolektor dan Pecinta Merek
Selain konsumen umum, usaha ini juga menyasar para kolektor dan penggemar sepatu bermerek. Beberapa jenis sepatu yang dijual merupakan model lawas yang sudah tidak lagi diproduksi dan menjadi incaran kolektor. Harga untuk jenis ini bisa lebih tinggi, tergantung kelangkaan dan permintaan pasar.
Rafi mengatakan bahwa beberapa koleksi langka bahkan pernah dibeli oleh pelanggan dari luar daerah, termasuk dari Makassar dan Palu. Pelanggan semacam ini biasanya sudah tahu apa yang dicari dan langsung menghubungi lewat media sosial untuk memesan.

Tantangan dan Harapan ke Depan
Meski berkembang pesat, usaha ini tetap menghadapi tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah ketersediaan stok barang yang berkualitas. Tidak semua sepatu bekas layak untuk dijual kembali. Selain itu, perubahan tren dan selera konsumen juga menjadi hal yang harus terus diikuti.
“Kami harus terus update. Kalau tidak tahu tren, bisa-bisa barang yang kita beli dari luar tidak laku di sini. Jadi saya sering lihat-lihat apa yang lagi viral di TikTok atau Instagram,” ujar Rafi sambil tersenyum.
Ke depan, Rafi berharap bisa memperluas usaha ini ke beberapa titik lain di Manado dan membuka sistem reseller bagi warga yang tertarik menjual kembali produknya. Ia juga berencana untuk bekerja sama dengan komunitas pecinta sepatu untuk mengadakan event atau pameran kecil.

Dukungan Pemerintah Sangat Diharapkan
Sebagai pelaku usaha mikro, Rafi berharap ada perhatian dari pemerintah, khususnya dari Dinas Koperasi dan UKM di Kota Manado. Ia berharap bisa mendapat pelatihan kewirausahaan serta bantuan modal usaha agar bisa menambah stok dan memperluas pasar.
“Kalau bisa kami difasilitasi juga untuk ikut pameran UMKM atau bazar. Itu akan sangat membantu supaya usaha ini makin dikenal dan bisa bersaing sehat,” kata Rafi.
Ia juga menyoroti pentingnya regulasi yang adil terhadap pelaku usaha mikro, terutama yang bergerak di sektor thrifting. Menurutnya, usaha semacam ini masih dipandang sebelah mata oleh sebagian kalangan, padahal memiliki potensi besar untuk menyerap tenaga kerja dan menggerakkan ekonomi lokal.

Sebuah Usaha, Banyak Dampak Positif
Usaha jual sepatu bekas bermerek di Winangun bukan sekadar bisnis kecil-kecilan. Di balik rak-rak sepatu yang tersusun rapi, ada kisah tentang kegigihan, kreativitas, dan keberanian dalam membaca peluang. Usaha ini membuktikan bahwa dengan modal terbatas dan strategi pemasaran yang tepat, siapa pun bisa membangun bisnis yang sukses dan berkelanjutan.
Dengan semakin banyaknya masyarakat yang peduli terhadap belanja bijak dan produk ramah lingkungan, usaha seperti ini sangat relevan dengan semangat zaman. Masyarakat Kota Manado pun tampaknya menyambut positif keberadaan usaha ini, yang tidak hanya memberi alternatif belanja terjangkau, tetapi juga menghidupkan semangat kewirausahaan lokal.