Manado, Sulawesi Utara — Beberapa pekan terakhir, masyarakat Kota Manado, khususnya para pengunjung dan pedagang di Pasar Tradisional Karombasan, dikejutkan dengan kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok yang cukup signifikan. Kenaikan ini dinilai memberatkan daya beli warga, terlebih bagi pelaku usaha mikro serta keluarga berpenghasilan rendah yang menggantungkan konsumsi harian pada bahan pokok dari pasar tradisional.

Kenaikan Harga Bahan Pokok Terus Berlanjut

Harga beras, minyak kelapa, dan gula pasir mengalami lonjakan yang cukup mencolok dalam kurun waktu dua minggu terakhir. Berdasarkan pantauan langsung di Pasar Karombasan, harga beras medium yang sebelumnya stabil di kisaran Rp15.000 per kilogram, kini melambung hingga Rp16.000 bahkan Rp17.000. Gula pasir naik dari Rp18.000 menjadi Rp19.000 per kilogram, sementara minyak goreng yang sebelumnya dijual Rp18.000 kini bertengger di angka Rp19.000 per liter.

Hadiah Gani, salah satu pedagang sembako yang telah berjualan selama lebih dari satu dekade di Karombasan, mengungkapkan bahwa kenaikan harga tersebut sudah terjadi secara bertahap sejak awal bulan. Ia mengaku tidak punya pilihan selain menaikkan harga jual karena harga kulakan dari distributor juga mengalami kenaikan.

“Kalau kita tetap jual dengan harga lama, kita yang rugi. Modal sudah naik, jadi terpaksa dinaikkan juga. Tapi pembeli jadi berkurang,” ujarnya ketika ditemui di lapaknya.

Dampak Langsung Terhadap Konsumen

Kenaikan harga kebutuhan pokok berdampak langsung pada kebiasaan belanja masyarakat. Beberapa pembeli mulai mengurangi kuantitas pembelian mereka. Seorang warga Kelurahan Tikala, Altje Sumolang, mengatakan bahwa ia biasanya membeli beras dalam jumlah besar untuk konsumsi keluarga dan membantu saudara di desa. Namun sejak harga melonjak, ia hanya mampu membeli setengah dari jumlah biasanya.

“Biasanya saya beli 50 kilo langsung, sekarang cuma bisa beli 25 kilo. Harga naik tapi penghasilan tetap. Susah begini terus,” keluh Altje saat diwawancarai usai berbelanja.

Selain beras dan gula, warga juga mulai mengurangi konsumsi minyak goreng dengan mengalihkannya ke teknik memasak lain yang tidak memerlukan minyak dalam jumlah banyak, seperti merebus atau mengukus. Beberapa ibu rumah tangga mengaku harus pintar-pintar mengatur menu agar tetap bisa menyajikan makanan sehat tanpa harus menguras kantong.

Harga Komoditas Lain Masih Stabil

Meski beberapa komoditas utama mengalami kenaikan, sebagian kebutuhan pokok lainnya seperti tepung terigu, telur ayam, dan bumbu dapur masih menunjukkan harga yang relatif stabil. Tepung masih dijual di kisaran Rp10.000 per kilogram, sementara harga telur ayam tetap bertahan di Rp28.000 per rak isi 30 butir.

Para pedagang menyebutkan bahwa harga komoditas ini masih dapat ditekan karena stok dari distributor masih tersedia dalam jumlah memadai. Namun mereka khawatir bila kenaikan harga beras dan minyak terus berlanjut, maka efek domino bisa terjadi pada komoditas lainnya.

Distribusi dan Cuaca Jadi Faktor Penentu

Beberapa pedagang menyebutkan bahwa faktor cuaca dan biaya distribusi menjadi penyebab utama kenaikan harga di pasaran. Curah hujan yang tinggi dalam beberapa minggu terakhir membuat pasokan dari daerah produsen, seperti Minahasa, Bolmong, dan Gorontalo, mengalami keterlambatan. Akibatnya, harga dari tingkat distributor pun naik, dan langsung berdampak di tingkat eceran.

“Begitu hujan terus, akses jalan jadi susah. Truk dari daerah tidak bisa masuk cepat. Belum lagi solar langka. Jadi harga angkut juga naik,” jelas Hadiah Gani, yang rutin mengambil barang dagangan dari luar kota.

Hal ini turut dibenarkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Manado. Dalam pernyataannya, Kepala Disperindag Manado, Irene Tumanduk, menyatakan bahwa pemerintah kota sedang melakukan koordinasi dengan distributor dan Bulog untuk memastikan distribusi berjalan lancar, serta menjaga agar harga tidak terus melonjak.

“Kami sudah berkomunikasi dengan Bulog dan sejumlah pemasok besar. Dalam waktu dekat akan dilakukan operasi pasar murah di beberapa titik, termasuk di Karombasan dan Tuminting,” ujarnya kepada media.

Pemerintah Diminta Ambil Langkah Nyata

Warga berharap agar pemerintah tidak sekadar melakukan pemantauan, tetapi juga mengambil langkah nyata untuk menstabilkan harga. Selain operasi pasar, masyarakat mengusulkan agar subsidi bahan pokok kembali diperluas untuk menjangkau lebih banyak warga.

Bambang, salah satu pengemudi ojek online yang saban hari belanja di Karombasan, menyatakan bahwa bantuan langsung tunai tidak cukup membantu bila harga barang pokok tetap tinggi. Ia lebih mendukung program distribusi langsung sembako oleh pemerintah atau kerja sama pemerintah daerah dengan koperasi lokal untuk menyediakan sembako murah.

“Kami ini kerja harian. Sekali harga naik, langsung terasa. Kalau bisa ada sembako murah langsung dari pemerintah, itu lebih bagus daripada cuma dikasih uang Rp100 ribu,” katanya.

Kekhawatiran Terhadap Kestabilan Inflasi Daerah

Ekonom dari Universitas Sam Ratulangi, Dr. Julian Mandey, mengatakan bahwa kenaikan harga sembako yang berlarut bisa memicu inflasi daerah. Menurutnya, ketika daya beli masyarakat tertekan, aktivitas ekonomi turut melambat karena konsumsi rumah tangga adalah komponen utama dalam perputaran ekonomi lokal.

“Kenaikan harga sembako akan memengaruhi banyak sektor, termasuk sektor informal. Kalau dibiarkan, efeknya bukan hanya sosial, tapi juga makroekonomi. Pemerintah daerah harus segera melakukan intervensi, baik dari sisi suplai maupun subsidi,” jelas Julian.

Ia juga mendorong pemerintah untuk mempercepat peluncuran program digitalisasi pasar, sehingga bisa menghubungkan langsung petani dengan pedagang dan konsumen tanpa rantai distribusi yang panjang. Menurutnya, semakin sedikit perantara, semakin kecil pula potensi permainan harga di tengah jalan.

Respons dari DPRD Kota Manado

Komisi II DPRD Kota Manado yang membidangi perekonomian juga turut angkat bicara. Ketua Komisi II, Ferdinand Lantang, mengatakan bahwa pihaknya akan memanggil Disperindag dan Bulog dalam rapat kerja pekan depan untuk membahas langkah konkret mengendalikan harga.

“Kami menerima banyak keluhan dari warga terkait kenaikan harga ini. Ini bukan persoalan kecil karena menyangkut kebutuhan dasar masyarakat. Kami akan minta pemaparan dari dinas terkait dan menekan agar operasi pasar dan subsidi segera direalisasikan,” ujar Ferdinand.

Ia juga meminta agar pelaku usaha besar tidak memanfaatkan situasi untuk menaikkan harga secara sepihak. Menurutnya, pelaku distribusi besar harus ikut menjaga stabilitas ekonomi daerah.

Program Bantuan yang Dipercepat

Pemerintah Kota Manado melalui Dinas Sosial juga dikabarkan sedang mempercepat pendataan untuk penyaluran bantuan sosial tahap berikutnya. Selain itu, beberapa kelurahan juga mulai mengaktifkan program lumbung pangan berbasis komunitas yang sempat berjalan selama pandemi.

Program ini memungkinkan warga membeli sembako dengan harga lebih murah dari harga pasar, karena pasokan langsung dari petani atau koperasi nelayan. Sejumlah lurah di wilayah Tikala, Singkil, dan Malalayang disebut telah menyiapkan gudang penyimpanan dan sistem distribusi lokal.

Tekanan Sosial Perlu Tindakan Konkret

Kenaikan harga sembako di Manado, khususnya di pasar Karombasan, menjadi cermin persoalan klasik antara rantai distribusi dan daya beli masyarakat. Tekanan ekonomi ini memerlukan respons cepat dan konkret dari seluruh pemangku kepentingan, bukan sekadar himbauan atau rencana jangka panjang.

Dengan distribusi yang lebih efisien, pengawasan harga yang ketat, serta keterlibatan aktif lembaga sosial dan komunitas lokal, dampak dari lonjakan harga bisa ditekan. Pemerintah daerah kini dihadapkan pada kebutuhan untuk menunjukkan komitmen nyata agar ekonomi rakyat tetap terjaga, terutama di tengah ancaman inflasi dan ketidakpastian global.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *