Kotamobagu — Harga beras yang terus merangkak naik di sejumlah pasar tradisional di wilayah Bolaang Mongondow (Bolmong) membuat keresahan mulai merambat ke dapur-dapur rumah tangga. Menyikapi lonjakan ini, Perum Bulog Cabang Bolaang Mongondow bergerak cepat. Dalam waktu dekat, Bulog akan menggelar Operasi Pasar dengan menyalurkan beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) ke wilayah-wilayah terdampak kenaikan harga.
Langkah ini menjadi bentuk konkret dari komitmen pemerintah dalam menjaga ketersediaan pangan pokok dengan harga yang tetap terjangkau bagi masyarakat, khususnya menjelang periode paceklik yang kerap menekan daya beli.
Kepala Bulog Cabang Bolaang Mongondow, Ismail Azis, dalam keterangannya mengungkapkan bahwa hasil pantauan di sejumlah pasar tradisional di Kotamobagu menunjukkan adanya tren kenaikan harga beras yang cukup signifikan. Situasi ini dipicu oleh selesainya masa panen raya yang biasanya menjadi waktu masyarakat menggantungkan stok beras untuk kebutuhan beberapa bulan ke depan.
“Pasca panen raya, ada kekosongan pasokan di tingkat petani. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran pasar sehingga mendorong kenaikan harga. Kami melihat ini sebagai bentuk kepanikan pasar yang perlu segera ditenangkan dengan suplai yang stabil,” ujar Ismail Azis dalam wawancara resmi.

Beras SPHP Jadi Solusi Menekan Lonjakan
Dalam rangka menstabilkan harga dan mencegah gejolak lanjutan, Perum Bulog akan menyalurkan beras SPHP yang ditujukan untuk dua bulan ke depan, yakni Juni dan Juli. Program ini merupakan bagian dari skema nasional yang dirancang untuk meredam lonjakan harga dan memastikan ketersediaan pangan strategis tetap terjaga di tengah fluktuasi pasar.
Masing-masing keluarga penerima manfaat (KPM) dijadwalkan akan menerima alokasi 20 kilogram beras SPHP selama masa pelaksanaan program. Pendistribusian ini akan difokuskan ke daerah-daerah yang mengalami lonjakan harga tertinggi berdasarkan data lapangan.
Namun, menurut Ismail, pelaksanaan Operasi Pasar SPHP ini masih menunggu penugasan resmi dari pemerintah pusat. Hal ini menyangkut alokasi distribusi dan waktu pelaksanaan yang harus disesuaikan dengan skema nasional.
“Program ini sangat strategis karena langsung menyasar masyarakat yang terdampak kenaikan harga. Dengan harga yang lebih stabil dan pasokan yang merata, kami berharap gejolak harga beras dapat segera mereda. Saat ini kami tengah menunggu penugasan formal, dan jika sudah diberikan, maka pendistribusian akan segera dilakukan,” tegas Ismail Azis.

Dampak Kenaikan Harga di Lapangan
Pantauan di sejumlah pasar tradisional di wilayah Kotamobagu menunjukkan bahwa harga beras medium yang sebelumnya berkisar di angka Rp11.000-Rp12.000 per kilogram kini merangkak naik hingga menyentuh Rp14.000 per kilogram. Bahkan di beberapa kios pengecer, harga bisa lebih tinggi tergantung jenis dan kualitas beras.
Pedagang pasar mengaku kenaikan ini mulai terasa sejak awal Juni. Kondisi ini diperparah oleh terbatasnya pasokan dari pedagang besar maupun distributor, sehingga stok yang dijual di tingkat pengecer juga mulai menipis.
“Kalau dulu seminggu saya bisa ambil 10 karung dari agen, sekarang cuma bisa lima karung. Harga ambil dari atas juga sudah naik, jadi saya mau tidak mau ikut naikkan harga jual,” ujar Rita, pedagang sembako di Pasar Serasi Kotamobagu.
Konsumen pun mulai mengeluhkan harga yang tak lagi bersahabat. Beberapa bahkan mengaku terpaksa beralih ke beras kualitas lebih rendah atau mengurangi konsumsi harian.
“Biasanya satu karung cukup untuk dua minggu, sekarang karena mahal, kami hemat-hemat. Kadang-kadang makan singkong atau ubi saja,” ujar Yani, ibu rumah tangga di Kelurahan Gogagoman.

Peran Strategis Bulog di Tengah Ketidakpastian Pangan
Di tengah ketidakpastian harga dan pasokan, kehadiran Bulog dengan program SPHP menjadi sangat vital. Tidak hanya sekadar meredam harga, keberadaan beras SPHP juga berfungsi sebagai penanda bahwa negara hadir di saat masyarakat berada dalam tekanan.
Program SPHP sendiri merupakan bagian dari kebijakan nasional untuk menjaga ketahanan pangan nasional. Dengan pengelolaan stok strategis oleh Bulog, pemerintah memiliki cadangan pangan yang dapat segera digelontorkan kapan saja jika terjadi anomali pasar, seperti lonjakan harga atau bencana alam.
Selain beras, SPHP juga mencakup komoditas pokok lainnya seperti gula dan minyak goreng. Namun, dalam konteks Bolaang Mongondow saat ini, fokus utama tetap tertuju pada beras sebagai bahan pangan utama masyarakat.
Ismail Azis menegaskan bahwa pihaknya siap menjalankan penugasan kapan saja. Stok beras di gudang Bulog Cabang Bolmong juga diklaim cukup untuk memenuhi kebutuhan distribusi dalam dua bulan ke depan.
“Kami terus melakukan evaluasi internal dan koordinasi dengan pihak terkait, termasuk dinas ketahanan pangan dan pemerintah daerah. Begitu lampu hijau diberikan, maka operasi pasar ini akan langsung diluncurkan,” tambahnya.

Pemerintah Daerah Dukung Penuh
Langkah Bulog mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah. Pemerintah Kota Kotamobagu melalui Dinas Perdagangan dan Dinas Ketahanan Pangan telah melakukan pemetaan titik-titik yang paling terdampak dan siap membantu pelaksanaan di lapangan.
Kepala Dinas Perdagangan Kotamobagu, Meidy Makalalag, mengatakan bahwa pihaknya telah mengirimkan data harga terbaru dan rekomendasi wilayah prioritas kepada Bulog serta instansi terkait.
“Kami sudah memberikan data real-time dari pasar-pasar utama. Tujuan kami agar distribusi SPHP ini benar-benar tepat sasaran dan menjangkau masyarakat yang paling membutuhkan. Kami juga akan menyiapkan fasilitas dan personel di lapangan,” ungkap Meidy.
Pemkot juga akan mengaktifkan kembali program pasar murah keliling bekerja sama dengan Bulog dan pelaku usaha lokal. Hal ini diharapkan bisa menjadi alternatif cepat bagi masyarakat menengah bawah dalam mengakses kebutuhan pokok dengan harga terjangkau.

Komitmen Stabilitas Nasional
Pemerintah pusat melalui Kementerian Perdagangan dan Badan Pangan Nasional telah menegaskan kembali komitmen mereka terhadap stabilitas pangan nasional. SPHP dipandang sebagai instrumen penting dalam menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan, serta sebagai upaya preventif terhadap inflasi yang bisa timbul akibat lonjakan harga pangan.
Dalam beberapa pernyataan resmi, pemerintah pusat juga menegaskan bahwa stok beras nasional dalam kondisi aman. Selain itu, upaya peningkatan produksi dalam negeri dan penguatan logistik distribusi terus dilakukan.
Berdasarkan data Badan Pangan Nasional, total stok beras nasional per Juni 2025 berada di angka lebih dari 1,3 juta ton. Angka ini dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan selama musim paceklik hingga awal panen berikutnya.
Langkah-langkah strategis juga terus dijalankan, termasuk penguatan kemitraan dengan petani lokal, perbaikan sistem distribusi, serta perluasan program bantuan pangan langsung yang menjangkau masyarakat rentan.

Menanti Aksi Nyata
Di tengah derasnya tekanan harga dan meningkatnya beban ekonomi rumah tangga, harapan masyarakat kini bertumpu pada efektivitas pelaksanaan Operasi Pasar SPHP. Langkah ini bukan hanya soal distribusi beras, tetapi juga menjadi simbol hadirnya negara di tengah gejolak kebutuhan pokok rakyat.
Dengan kesiapan Bulog Cabang Bolaang Mongondow, dukungan pemerintah daerah, dan komitmen dari pemerintah pusat, pelaksanaan SPHP diharapkan dapat menjadi penyejuk bagi pasar sekaligus penyelamat bagi banyak keluarga yang kini mulai tertekan.
Hingga penugasan resmi diterima, masyarakat diminta tetap tenang dan tidak melakukan pembelian berlebihan. Pemerintah juga mengimbau agar seluruh pihak, termasuk pelaku usaha dan distributor, ikut menjaga stabilitas dengan tidak memainkan harga secara spekulatif.
Sebagaimana disampaikan Ismail Azis, “Ketersediaan beras cukup, harga harus tetap rasional. Kita jaga bersama agar masyarakat tetap tenang dan kebutuhan mereka terpenuhi.”