Panglima Panji Yosua GMIM, James Sumendap, akhirnya buka suara terkait kasus dugaan korupsi dana hibah yang menyeret sejumlah petinggi gereja, termasuk Ketua Sinode GMIM Pdt. Hein Arina. Dalam pernyataan resminya, Sumendap menegaskan bahwa pihak Panji Yosua mendukung penuh proses hukum yang sedang berjalan dan menyerukan kepada seluruh jemaat GMIM untuk tetap tenang serta bijak menyikapi situasi ini. Ia menekankan pentingnya menjunjung asas praduga tak bersalah dan menjaga nama baik gereja di tengah badai yang menerpa.

Proses Hukum Berjalan, Dukungan Moral Ditegaskan
Pernyataan Panglima Panji Yosua, James Sumendap, muncul di tengah sorotan publik terhadap kasus dugaan korupsi dana hibah yang sedang diselidiki oleh aparat kepolisian. Kasus ini telah menetapkan lima orang sebagai tersangka, termasuk tokoh sentral dalam struktur pelayanan Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM), Pdt. Hein Arina, yang menjabat sebagai Ketua Sinode GMIM.
Sumendap, yang dikenal sebagai tokoh masyarakat dan juga Bupati Minahasa Tenggara, menegaskan bahwa Panji Yosua sebagai salah satu organisasi pelayanan strategis dalam tubuh GMIM, tetap menjunjung tinggi nilai-nilai hukum, etika, dan tanggung jawab sosial. Dalam pernyataan yang dirilis kepada media, ia menekankan bahwa proses hukum harus dihormati dan tidak boleh dipolitisasi oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
“Biarkan hukum bekerja sesuai aturan. Jangan ada upaya untuk membelokkan kasus ini menjadi alat politik atau pembenaran sepihak. Kita wajib menjaga integritas proses hukum,” ujar Sumendap dengan nada tegas.

Mengapa Pernyataan Ini Penting?
Kasus dugaan korupsi dana hibah GMIM menjadi perhatian publik karena melibatkan tokoh-tokoh sentral dalam kehidupan bergereja di Sulawesi Utara. GMIM sebagai lembaga gerejawi yang menaungi jutaan jemaat memiliki posisi strategis dalam pembinaan umat dan pelayanan sosial. Ketika pucuk pimpinannya terlibat dalam pusaran hukum, maka keguncangan spiritual dan sosial di kalangan jemaat tidak bisa dihindari.
Dalam konteks ini, pernyataan Panglima Panji Yosua menjadi penting untuk mengarahkan persepsi dan sikap umat agar tidak terprovokasi oleh narasi liar yang berkembang di media sosial maupun ruang-ruang diskusi informal. Sumendap menyampaikan bahwa sikap gereja harus mengedepankan kedewasaan iman, ketenangan batin, dan kepercayaan kepada Tuhan yang bekerja melalui sistem keadilan yang adil dan transparan.
“Kita harus menjadi jemaat yang dewasa dalam menyikapi ujian. Ini bukan waktu untuk saling menyalahkan, melainkan untuk saling menopang dalam doa dan pengharapan,” tutur Sumendap.

Bagaimana Sikap Panji Yosua GMIM?
Sebagai salah satu organisasi strategis dalam struktur GMIM, Panji Yosua GMIM mengambil langkah terukur. Mereka menyatakan bahwa seluruh barisan Panji Yosua akan mengikuti seruan pastoral dari Sinode GMIM dan mendukung penuh jalannya proses hukum dengan tetap menjunjung nilai-nilai kasih, kebenaran, dan keadilan.
Menurut Sumendap, Panji Yosua tidak akan terlibat dalam polemik atau debat terbuka yang dapat memecah belah jemaat. Sebaliknya, mereka akan lebih fokus pada pelayanan, pembinaan karakter, dan menjaga keharmonisan di tengah masyarakat.
“Saya minta seluruh komandan Panji Yosua di rayon, sektor, wilayah dan jemaat untuk tetap fokus pada pelayanan. Jangan tergiring opini-opini yang menyesatkan. Kita tetap satu dalam Kristus, dalam pelayanan, dan dalam pengharapan,” ungkapnya.

Menjaga Marwah GMIM di Tengah Ujian
Lebih jauh, Sumendap juga mengingatkan bahwa Panji Yosua sebagai pasukan pelayanan gereja harus menjadi garda terdepan dalam menjaga nama baik GMIM. Ia menegaskan bahwa ujian ini harus dijadikan momentum refleksi dan perbaikan secara menyeluruh.
“Kita harus belajar dari peristiwa ini. Jika memang ada kesalahan dalam pengelolaan dana, itu harus dikoreksi secara sistemik. Gereja harus semakin transparan, akuntabel, dan terbuka terhadap evaluasi,” kata Sumendap.
Ia mengajak seluruh elemen pelayanan GMIM, baik di aras sinode maupun jemaat, untuk bersatu hati menggumulkan peristiwa ini dalam doa. Baginya, tidak ada kekuatan yang lebih besar dari kuasa Tuhan yang mampu memulihkan keadaan.

Reaksi Jemaat dan Pengamat Gereja
Pernyataan James Sumendap disambut positif oleh banyak kalangan jemaat. Salah satu penatua jemaat di Manado, Renny Wuisan, menyatakan bahwa ketegasan Panglima Panji Yosua memberikan rasa tenang di tengah keresahan jemaat.
“Kami percaya pimpinan gereja dan organisasi pelayanan seperti Panji Yosua punya komitmen untuk menjaga nilai-nilai kebenaran. Tapi memang penting juga untuk terus mendampingi jemaat agar tidak larut dalam kebingungan,” ujarnya.
Sementara itu, pengamat sosial keagamaan dari Universitas Negeri Manado, Dr. Andri Sondakh, menilai bahwa pernyataan Sumendap sangat strategis dalam menjaga stabilitas sosial di kalangan umat GMIM.
“Di tengah isu yang begitu sensitif ini, dibutuhkan figur yang bisa menjadi jangkar stabilitas. James Sumendap bermain di posisi itu. Ia bicara dengan suara gereja, suara hukum, dan suara masyarakat,” ujar Sondakh.

Langkah Sinode GMIM dan Kepolisian
Sementara itu, dari pihak Sinode GMIM sendiri, seruan pastoral telah dikeluarkan. Dalam seruan tersebut, pihak Sinode meminta jemaat untuk tidak mengambil kesimpulan sendiri sebelum proses hukum berakhir. Mereka juga menegaskan komitmen GMIM untuk mendukung penegakan hukum secara arif dan bijaksana.
Pihak kepolisian yang menangani kasus ini menyatakan bahwa proses penyidikan masih terus berlangsung dan saat ini memasuki tahap pemeriksaan lanjutan terhadap saksi-saksi serta analisis terhadap dokumen-dokumen penggunaan dana hibah.
Kabid Humas Polda Sulut Kombes Pol Jules Abraham Abast, menyatakan bahwa penyidik berkomitmen untuk menuntaskan perkara ini tanpa intervensi.
“Kami pastikan proses hukum berjalan sesuai prosedur. Kami minta publik bersabar dan tidak terpengaruh oleh informasi yang belum tentu benar,” kata Abast kepada wartawan.
Pernyataan Panglima Panji Yosua GMIM, James Sumendap, menjadi salah satu dari sekian banyak suara pemimpin gereja yang berupaya meredam gejolak di akar rumput jemaat. Meski peristiwa hukum ini mengejutkan banyak kalangan, namun seruan untuk tetap teguh dalam iman dan tidak terbawa arus emosi menjadi penyejuk di tengah ketidakpastian.
Panji Yosua GMIM sendiri, sejak didirikan, telah menjadi simbol kekuatan moral dan pelayanan aktif di tengah masyarakat. Dalam banyak kesempatan, organisasi ini tampil sebagai garda terdepan dalam berbagai aksi sosial, pelayanan kebencanaan, hingga penguatan karakter pemuda gereja.
Di tengah ujian berat ini, harapan besar disematkan pada Panji Yosua untuk terus berdiri di sisi kebenaran, menjadi teladan, dan menjaga keutuhan gereja. Sebagaimana dikatakan James Sumendap, ujian ini bukan akhir dari perjalanan, melainkan awal dari pertobatan kolektif dan pembaruan nilai-nilai pelayanan.
Dengan tetap menghormati proses hukum dan menjunjung nilai kasih, keadilan, serta pengampunan, GMIM diharapkan mampu melewati badai ini dan kembali menjadi terang dan garam bagi masyarakat di Sulawesi Utara dan sekitarnya.