Manado, Sulawesi Utara – Cuaca buruk yang melanda perairan Sulawesi dalam satu bulan terakhir membawa dampak signifikan bagi kelompok nelayan di Tumpumpa, Kota Manado. Hujan deras yang disertai angin kencang menyebabkan gelombang tinggi, membuat ratusan kapal nelayan enggan melaut. Akibatnya, hasil tangkapan ikan mengalami penurunan drastis, yang berimbas langsung pada perekonomian para nelayan dan industri perikanan di wilayah tersebut.

Ratusan Kapal Tidak Beroperasi, Ribuan Ton Ikan Hilang
Di Dermaga Pelabuhan Ikan Tumpumpa, Kecamatan Tuminting, sebanyak 300 kapal jenis pajeko terpaksa bersandar karena kondisi laut yang tidak memungkinkan untuk berlayar. Dalam kondisi normal, setiap kapal mampu menangkap sekitar 15 hingga 22 ton ikan per minggu. Namun, akibat cuaca buruk yang berkepanjangan, hasil tangkapan merosot tajam menjadi hanya 4 hingga 7 ton per kapal.
Secara keseluruhan, kelompok nelayan di Dermaga Pelelangan Ikan Tumpumpa kehilangan sekitar 3.150 ton ikan selama periode ini. Angka tersebut mencerminkan dampak besar dari cuaca ekstrem yang terus terjadi di perairan Manado dan sekitarnya.

Prediksi Cuaca Buruk Berlanjut
Berdasarkan prediksi para nelayan dan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), angin kencang serta gelombang tinggi diperkirakan masih akan berlangsung selama sepekan ke depan. Kondisi ini membuat para nelayan semakin waspada dan enggan mengambil risiko turun melaut.
“Saat ini gelombang bisa mencapai 2 hingga 3 meter di perairan Sulawesi. Ini sangat berbahaya, terutama bagi kapal-kapal nelayan kecil. Kami lebih memilih menunggu sampai kondisi kembali normal,” ujar Rahmat, salah satu nelayan di Dermaga Tumpumpa.

Dampak Terhadap Perekonomian Nelayan dan Industri Perikanan
Menurunnya hasil tangkapan ikan tidak hanya berdampak pada pendapatan nelayan, tetapi juga berpengaruh pada industri perikanan di Kota Manado. Pasokan ikan di pasar-pasar lokal semakin berkurang, menyebabkan harga ikan mengalami kenaikan yang signifikan.
“Biasanya, kami bisa mendapatkan pasokan ikan dalam jumlah besar setiap hari. Tapi sekarang stok ikan menipis, harganya pun naik. Konsumen jadi mengeluh karena harga ikan semakin mahal,” ungkap seorang pedagang ikan di Pasar Bersehati Manado.
Selain itu, para nelayan yang bergantung pada hasil laut sebagai mata pencaharian utama kini mulai kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Banyak dari mereka yang harus mencari pekerjaan sampingan untuk bertahan selama musim cuaca buruk ini.
“Kami hanya bisa berharap cuaca segera membaik agar bisa kembali melaut. Kalau begini terus, kami kesulitan memenuhi kebutuhan keluarga,” keluh Ahmad, seorang nelayan yang sehari-hari beroperasi di perairan Manado.

Harapan Nelayan: Cuaca Normal, Aktivitas Kembali Lancar
Para nelayan di Tumpumpa berharap agar cuaca buruk segera berakhir, sehingga mereka bisa kembali melaut dengan aman dan memperoleh hasil tangkapan seperti biasanya. Pemerintah daerah dan pihak terkait diharapkan memberikan dukungan kepada para nelayan yang terdampak, baik dalam bentuk bantuan bahan pokok maupun solusi alternatif untuk mengatasi kesulitan ekonomi akibat cuaca ekstrem ini.
Sementara itu, BMKG terus mengimbau para nelayan untuk selalu memantau perkembangan cuaca sebelum melaut dan mengutamakan keselamatan. Dengan situasi yang masih tidak menentu, para nelayan harus bersabar dan tetap berhati-hati dalam menghadapi kondisi alam yang tidak bersahabat.
Musim cuaca buruk ini menjadi tantangan besar bagi para nelayan di Manado, khususnya di Tumpumpa. Namun, mereka tetap optimistis bahwa badai pasti berlalu, dan aktivitas mereka akan kembali normal dalam waktu dekat.