Harga gula merah di wilayah Minahasa mengalami kenaikan signifikan, hal ini dikarenakan sebagian besar petani aren beralih profesi. Petani yang biasanya memproduksi gula merah kini lebih memilih memetik cengkeh, yang tengah memiliki harga jual tinggi di pasaran. Pergeseran fokus ini menyebabkan berkurangnya pasokan gula merah di pasar, sehingga mendorong harga komoditas tersebut naik.

Altje Solang, salah seorang pedagang gula merah, menjelaskan bahwa situasi ini mulai dirasakan beberapa minggu terakhir. “Banyak petani yang memilih memetik cengkeh karena harga cengkeh saat ini jauh lebih menguntungkan. Akibatnya, produksi gula merah menurun drastis dan kami kesulitan mendapatkan stok,” katanya.

Kenaikan harga ini tak hanya berdampak pada para pedagang gula merah, tetapi juga memukul pelaku usaha yang bergantung pada gula merah sebagai bahan baku, seperti penjual makanan tradisional. Johana Simboh, yang sehari-hari berjualan kue cucur dan apang, mengaku terpaksa menaikkan harga jual kue karena mahalnya harga gula merah. “Kami harus menyesuaikan harga jual, karena kalau tidak, keuntungan jadi sangat tipis,” ujarnya.

Hal serupa juga diungkapkan Anton Pobi, penjual es cendol di Minahasa. “Es cendol itu pakai gula merah untuk sausnya. Kalau harga gula naik, otomatis saya juga harus menaikkan harga es cendol,” katanya.

Para pedagang berharap pemerintah segera mengambil langkah tegas untuk mengatasi kenaikan harga bahan pokok ini. Mereka meminta agar dilakukan inspeksi mendadak (sidak) di pasar guna memastikan harga-harga dapat kembali stabil.

“Sidak pasar sangat diperlukan agar harga bahan pokok yang naik bisa turun lagi, khususnya gula merah. Kalau terus seperti ini, usaha kecil seperti kami bisa semakin sulit,” kata Altje menambahkan.

Pemerintah diharapkan dapat mencari solusi agar keseimbangan harga antara komoditas pertanian seperti cengkeh dan gula merah bisa terjaga, sehingga tidak merugikan pihak-pihak tertentu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *