Sulawesi Utara — Tiga daerah di provinsi Sulawesi Utara, yakni kabupaten Minahasa Utara, kabupaten Minahasa, dan kabupaten Minahasa Selatan berhasil menyelesaikan program intervensi biosekuriti berbasis komunitas menghadapi ancaman penyakit Demam Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF). Keberhasilan ini merupakan kabar menyejukkan bagi para peternak babi yang sebelumnya terdampak wabah yang membuat mereka merugi dan mengancam ketahanan pangan daerah.
Program biosekuriti berbasis komunitas merupakan hasil kerja sama antara Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia atau Food & Agriculture Organization (FAO), serta Pemerintah Korea Selatan. Program ini fokus pada peningkatan kesadaran dan keterampilan peternak melalui pelatihan praktis dan penguatan sumber daya dalam menjalankan praktik biosekuriti yang terjangkau dan efektif di lahan peternakan.

Demam Babi Afrika merupakan penyakit menular yang mematikan bagi ternak babi, namun tidak menular ke manusia. Wabah ASF yang sempat merebak di beberapa wilayah Indonesia termasuk di Sulawesi Utara beberapa tahun terakhir telah menyebabkan kerugian ekonomi signifikan bagi peternak.
Melalui pendekatan berbasis komunitas, para peternak dilatih untuk menerapkan langkah-langkah biosekuriti mulai dari menjaga kebersihan kandang dan peralatan, membatasi akses keluar masuk area peternakan, serta menerapkan standar kebersihan pribadi. Langkah-langkah ini terbukti mampu menekan penyebaran virus di tiga kabupaten percontohan tersebut.

Salah satu peternak asal Minahasa, Calvin Wogono, menyampaikan bahwa pelatihan dan pendampingan dari program ini telah membantunya memahami cara melindungi ternaknya secara mandiri.
“Dalam program ini, kami peternak dilatih menerapkan beberapa langkah biosekuriti untuk melawan penyakit ASF pada ternak,” ujar Calvin.

Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal, menuturkan bahwa program pelatihan biosekuriti berbasis komunitas bukan hanya bicara intervensi jangka pendek, tetapi sebagai pondasi pengendalian ASF secara berkelanjutan.
“Dengan pelibatan komunitas dalam penerapan biosekuriti, produktivitas peternak bisa meningkat,” tambah Aryal.
Kesuksesan program Community African Swine Fever Biosecurity Intervention di Sulawesi Utara diharapkan dapat menjadi strategi nasional dalam pengendalian ASF. Atas keberhasilan ini, pemerintah bersama mitra internasional tengah mempertimbangkan perluasan program ke daerah lain yang juga terdampak wabah.
Sementara itu, berdasarkan data Organisasi Pangan Dunia, ASF telah menyebar ke lebih dari 50 negara di dunia sejak 2018 dan menyebabkan pemusnahan jutaan ekor babi. Penanganan yang efektif seperti penerapan biosekuriti merupakan kunci untuk memutus rantai penularan dan menjaga industri peternakan babi dalam negeri.