Bolaang Mongondow – Desa Modisi, Bolaang Mongondow Selatan menjadi titik harapan baru bagi ratusan warga terdampak bencana erupsi Gunung Ruang. Langit yang sempat diselimuti abu vulkanik kini perlahan cerah seiring hadirnya perhatian pemerintah. Gubernur Sulawesi Utara, Yulius Selvanus Komaling, melakukan kunjungan langsung ke lokasi pembangunan Kawasan Hunian Tetap (Huntap) yang dipersiapkan sebagai tempat relokasi warga dari Kabupaten Kepulauan Sitaro.
Dalam kunjungan tersebut, Gubernur Komaling tidak sekadar berdiri di atas podium. Ia turun langsung ke lapangan, menelusuri deretan fondasi rumah, menyentuh dinding bangunan yang masih basah semen, memeriksa kualitas material, serta berdialog dengan tim pelaksana pembangunan.

Progres Nyata, Bukti Komitmen Pemerintah
Pembangunan kawasan Huntap di Desa Modisi telah memasuki fase akhir. Dari total 287 unit rumah tipe 36 yang direncanakan, sebagian besar telah berdiri kokoh. Infrastruktur dasar seperti jaringan air bersih, sanitasi, dan akses jalan lingkungan juga menunjukkan progres signifikan. Gubernur Komaling menegaskan bahwa tidak ada ruang untuk kompromi terkait kualitas. Ia ingin memastikan warga mendapatkan tempat tinggal yang layak, aman, dan nyaman.
“Pemerintah tidak hanya membangun rumah, tetapi membangun kembali harapan dan kehidupan. Komitmen kita adalah hadir secara nyata bagi masyarakat yang terdampak bencana,” tegas Gubernur Komaling di hadapan awak media usai peninjauan.

Kawasan Terintegrasi dengan Fasilitas Pendukung
Huntap ini tidak berdiri sendiri. Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara merancangnya sebagai kawasan permukiman terpadu yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas umum. Di dalam kawasan akan tersedia sekolah, rumah ibadah, lapangan serbaguna, dan pusat kegiatan masyarakat. Bahkan, lokasi relokasi ini dipilih secara strategis di dekat garis pantai agar warga yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan bisa tetap menjalankan mata pencaharian mereka.
Salah satu hal yang menjadi perhatian khusus adalah sistem penyediaan air minum. Saat ini, pekerjaan instalasi jaringan air bersih telah mencapai 95 persen dan diperkirakan rampung dalam waktu dekat. Infrastruktur lainnya seperti jaringan listrik dan konektivitas internet juga sedang dikoordinasikan dengan instansi terkait agar bisa dinikmati warga begitu mereka menempati hunian.

Kesiapan Relokasi dan Harapan Baru
Relokasi warga dari Kabupaten Kepulauan Sitaro direncanakan akan dilakukan secara bertahap dan humanis. Pendekatan kultural juga diperhatikan agar warga tidak hanya dipindahkan secara fisik, tetapi juga secara psikologis bisa menerima dan membentuk kehidupan baru di lingkungan yang berbeda.
Gubernur Komaling menegaskan bahwa relokasi bukan semata memindahkan orang dari satu tempat ke tempat lain, tetapi memindahkan harapan, tradisi, dan kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, dalam rencana pembangunan kawasan ini, pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak termasuk kementerian teknis, TNI-Polri, dan unsur masyarakat sipil untuk memastikan keberlanjutan komunitas.

Warga Antusias dan Bersemangat
Antusiasme warga terlihat dalam interaksi mereka dengan tim pembangunan. Beberapa dari mereka turut membantu pekerjaan ringan di lokasi pembangunan sembari menanti waktu penyerahan kunci rumah baru mereka. Rasa haru dan syukur tergambar jelas dalam ungkapan warga, terutama bagi mereka yang kehilangan tempat tinggal akibat erupsi Gunung Ruang yang meluluhlantakkan sebagian wilayah pemukiman di Pulau Ruang dan sekitarnya.
“Torang su nda sabar mo pindah, mo mulai ulang. Yang penting anak-anak bisa sekolah dan kita bisa kerja ulang di laut,” ungkap Doni Paerunan, warga yang akan direlokasi ke kawasan Huntap Modisi. Ia menyampaikan apresiasi atas perhatian pemerintah terhadap nasib para penyintas bencana.

Aspek Sosial dan Pemulihan Ekonomi
Selain hunian, pemerintah juga menyiapkan berbagai skema pemulihan ekonomi bagi warga terdampak. Program pelatihan kerja, bantuan modal usaha, dan pemberdayaan nelayan menjadi bagian dari pendekatan terintegrasi dalam mendukung keberlangsungan hidup masyarakat di lokasi baru. Instansi seperti Dinas Perikanan, Dinas Sosial, dan Dinas Koperasi telah melakukan asesmen awal terhadap kebutuhan warga agar bisa segera diintervensi secara tepat sasaran.
Beberapa keluarga yang sebelumnya menggantungkan hidup dari sektor pariwisata dan perdagangan lokal di Pulau Ruang, kini tengah mengikuti pelatihan pengolahan hasil laut dan manajemen keuangan keluarga. Pemerintah provinsi menargetkan adanya inkubasi usaha kecil dalam kawasan Huntap agar roda ekonomi bisa bergerak sejak awal.

Sinergi Pusat dan Daerah untuk Ketangguhan Bencana
Pembangunan Huntap ini merupakan bagian dari respons cepat pemerintah terhadap bencana erupsi Gunung Ruang yang terjadi beberapa bulan lalu. Presiden RI sebelumnya telah menugaskan BNPB, Kementerian PUPR, dan kementerian terkait untuk mempercepat langkah-langkah pemulihan. Gubernur Komaling menindaklanjuti hal tersebut dengan membentuk tim terpadu yang terus memantau perkembangan dan berkoordinasi dengan instansi vertikal.
Dalam kunjungannya, Gubernur juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja siang dan malam di lapangan. Termasuk jajaran TNI yang ikut membantu pengamanan logistik dan relawan yang setia mendampingi proses transisi sosial warga.

Target Penyerahan Kunci Tahun Ini
Dengan progres pembangunan yang terus meningkat, target penyerahan kunci rumah kepada warga direncanakan dapat dilakukan sebelum akhir tahun ini. Tahapan pembangunan saat ini masuk dalam fase finalisasi struktur rumah dan penyelesaian fasilitas umum. Pemerintah provinsi bersama kontraktor pelaksana menjamin seluruh pekerjaan akan rampung sesuai standar yang ditentukan.
“Kita ingin menyerahkan rumah dalam kondisi yang siap huni, tidak asal jadi. Ini adalah rumah harapan, bukan sekadar bangunan fisik,” ujar Gubernur Komaling, menekankan pentingnya kualitas dalam setiap proses pembangunan.

Desa Modisi sebagai Simbol Pemulihan
Pilihan lokasi pembangunan Huntap di Desa Modisi bukan tanpa pertimbangan. Selain memiliki kontur tanah yang relatif stabil dan akses laut yang strategis, wilayah ini juga menjadi simbol pemulihan dari bencana. Pemerintah daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan pun menyambut baik kehadiran warga baru ini dan siap memberikan dukungan administratif maupun sosial.
Bupati Bolaang Mongondow Selatan dalam pernyataannya menyebutkan bahwa pihaknya telah menyiapkan skema integrasi penduduk melalui layanan dasar seperti administrasi kependudukan, layanan kesehatan, dan pendidikan. Pihaknya juga akan memfasilitasi pembentukan lembaga adat dan kelompok sosial baru di kawasan tersebut untuk mendukung adaptasi warga.

Evaluasi dan Pengawasan Berkelanjutan
Pembangunan Huntap ini menjadi salah satu program prioritas yang pengawasannya dilakukan secara langsung oleh Gubernur. Peninjauan di lapangan secara berkala dilakukan untuk memastikan transparansi penggunaan anggaran dan kualitas pekerjaan. Komitmen ini diperkuat dengan pelibatan langsung inspektorat dan lembaga pengawasan lainnya.
“Kita tidak ingin program strategis ini dikotori oleh praktik menyimpang. Transparansi dan akuntabilitas adalah prinsip utama,” tutur Gubernur Komaling.

Transformasi dari Duka Menuju Harapan
Bencana erupsi Gunung Ruang meninggalkan luka yang dalam, namun respons cepat pemerintah menunjukkan bahwa negara tidak tinggal diam. Kawasan Huntap di Modisi menjadi manifestasi nyata dari kepedulian dan tanggung jawab pemerintah kepada warganya. Dari puing-puing kehancuran, lahir harapan baru. Dari ketidakpastian, lahir kepastian akan tempat tinggal yang layak dan kehidupan yang lebih baik.
Gubernur Komaling menutup kunjungannya dengan pesan moral kepada seluruh pihak yang terlibat: “Kita tidak hanya membangun rumah, kita membangun masa depan. Kita bangkit bersama. Kita pulihkan Sulawesi Utara.”
Pembangunan kawasan Huntap bagi korban erupsi Gunung Ruang di Desa Modisi adalah langkah strategis dan penuh empati dari pemerintah Sulawesi Utara. Dengan melibatkan banyak pihak, memprioritaskan kualitas dan kenyamanan, serta memastikan keberlanjutan sosial-ekonomi masyarakat, kawasan ini diharapkan menjadi percontohan penanganan pascabencana yang humanis dan progresif.
Lebih dari sekadar proyek fisik, kawasan ini adalah simbol ketahanan dan solidaritas warga Sulawesi Utara dalam menghadapi bencana. Pemerintah hadir bukan hanya saat musibah terjadi, tetapi juga saat harapan harus dibangun kembali, setapak demi setapak.