KOTAMOBAGU — Kenaikan harga beras di Pasar Tradisional 23 Maret, Kota Kotamobagu, Provinsi Sulawesi Utara, terus terjadi dan menjadi permasalahan penting bagi masyarakat. Dalam satu bulan terakhir, terjadi lonjakan yang cukup signifikan pada harga beberapa jenis beras, sehingga memberatkan pedagang dan konsumen. Kenaikan tersebut terjadi di tengah menipisnya stok, proses panen yang tengah memasuki masa transisi, dan kondisi cuaca yang tidak menentu.
Berdasarkan pantauan Kompas TV di Pasar Tradisional 23 Maret, Kotamobagu, naiknya harga terjadi pada hampir semua jenis beras yang dijual pedagang. Kenaikan paling signifikan terjadi pada beras Serayu Apel, yang saat ini mencapai Rp 16.000 per kilogram, naik dari sebelumnya Rp15.000 per kilogram, atau terjadi kenaikan Rp 1.000 per kilogram. Sementara itu, untuk beras Serayu, PL Bali, dan Super Win juga masing-masing naik Rp 1.500 per kilogram — dari sebelumnya Rp 14.000 per kilogram, saat ini menjadi Rp15.500 per kilogram.

Kenaikan Mengikuti Masa Panen dan Cuaca Buruk
Doni Mokoginta, pedagang beras di Pasar Tradisional 23 Maret, memberikan kesaksian mengenai penyebab naiknya harga tersebut. Dalam sebuah pernyataan, Doni Mokoginta menjelaskan bahwa saat ini memang tengah terjadi masa peralihan dari panen padi satu ke panen selanjutnya. Petani tengah bersiap menanam padi, sehingga stok padi yang tersedia di pasaran lebih terbatas.
Selain masalah panen, cuaca juga turut memberikan dampak negatif. Hujan yang terus turun, kadang disertai angin kencang, turut menjadi hambatan proses pengangkutan dan distribusi padi. Hal inilah yang kemudian turut turut mendorong naiknya harga beras di pasaran.
“Saat ini harga beras mahal. Kenaikan harga terjadi sejak sebulan terakhir, disebabkan oleh habisnya masa panen sehingga para petani tengah bersiap menanam padi dan juga dipengaruhi oleh faktor cuaca. Beras yang tersedia saat ini berasal dari wilayah Bolaang Mongondow atau beras lokal yang tengah terbatas,” ujar Doni Mokoginta, saat ditemui di lapak dagangannya, Selasa (17/6).

Pedagang Mengeluh, Daya Beli Masyarakat Turun
Selain pedagang, masyarakat juga turut merasakan dampak negatif dari naiknya harga beras. Daya beli masyarakat tampak menurun, terjadi pengurangan volume pembelian per konsumen. Dalam kondisi normal, satu keluarga dapat membeli hingga 40 kilogram per bulan. Tetapi saat ini, pembeli hanya mampu membeli 20 kilogram per bulan. Keputusan untuk memangkas pembelian tak lain disebabkan oleh naiknya harga yang terus melambung.
Doni Mokoginta juga menyampaikan kesulitan yang tengah dihadapi pedagang, yaitu kesulitan mendapatkan stok yang cukup. Pedagang harus mencari pasokan dari daerah lain, sehingga biaya distribusinya lebih besar. Hal tersebut kemudian turut diteruskan ke konsumen, sehingga harga di pasaran naik lebih signifikan.
“Selain stok yang memang terbatas, biaya distribusi juga lebih besar. Dalam kondisi saat ini, pedagang kesulitan memenuhi permintaan masyarakat, sehingga terjadi kelangkaan dan kemudian terjadi kenaikan harga yang cukup luas di pasaran,” katanya.

Analisis Pengamat Pasar
Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Tradisional 23 Maret, Rahman Tumbari, juga memberikan pernyataan mengenai kondisi yang tengah terjadi. Dalam pantauannya, kenaikan terjadi pada hampir seluruh varian beras. Kenaikan tersebut terjadi lebih dari 10% dan diberlakukan sejak satu bulan terakhir. Dalam rinciannya, terjadi perbedaan yang cukup signifikan antara satu varian dan varian lain, sesuai kualitas dan ketersediaannya.
“Ini memang kondisi yang cukup sulit, bukan hanya bagi pedagang, tapi juga masyarakat. Kenaikan terjadi lebih dari 10%. Saya lihat, satu kilogram beras Serayu naik dari 14.000 menjadi 15.500, kemudian PL Bali juga naik, dan Super Win juga naik. Dengan kondisi saat ini, pedagang memang kesulitan memenuhi permintaan, dan masyarakat juga lebih terbebani soal biaya hidup,” ujar Rahman Tumbari.

Langkah Mengantisipasi Kenaikan
Pemerintah Kota Kotamobagu tengah melakukan koordinasi dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) setempat untuk mencari solusi terkait masalah tersebut. Dalam sebuah pertemuan, Disperindag tengah mencari cara menjaga stabilitas harga, sehingga masyarakat tidak kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok.
Selain melakukan operasi pasar dan pengawasan distribusi, pemerintah juga tengah mencari peluang untuk menyediakan stok beras murah. Langkah tersebut diharapkan dapat menekan laju kenaikan dan menjaga keterjangkauan harga bagi masyarakat luas.
“Pemerintah tengah mencari solusi, melakukan operasi pasar, dan mencari sumber stok lain yang lebih murah demi menjaga stabilitas dan keterjangkauan harga di tengah kesulitan yang terjadi saat ini,” ujar Rahman Tumbari.

Harapan Masyarakat
Banyak masyarakat berharap pemerintah lebih aktif mencari solusi untuk menanggulangi masalah naiknya harga beras. Dalam kondisi perekonomian yang tengah sulit, naiknya harga barang pokok memang menjadi masalah yang penting dan membutuhkan penanganan segera.
Ibu Rahma, satu di antara pembeli yang tengah mencari beras di Pasar 23 Maret, menyampaikan harapan tersebut. “Saya dan keluarga tengah kesulitan memenuhi kebutuhan pokok, karena terjadi kenaikan yang cukup memberatkan. Saya berharap pemerintah dapat mencari solusi yang lebih manusiawi dan menjaga stabilitas harga, sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya tanpa kesulitan yang lebih besar lagi,” katanya.