Manado, — Momen Iduladha 1446 Hijriah membawa nuansa haru dan penuh makna di Kota Manado, Sulawesi Utara. Tidak hanya menjadi ajang ibadah bagi umat Muslim, tetapi juga mempererat nilai toleransi yang telah lama menjadi ciri khas warga kota ini. Salah satu bukti nyata hadir dari pelaksanaan penyembelihan dan pembagian hewan kurban oleh Masjid Firdaus, yang terletak di pusat Kota Manado.

Sebanyak 10 ekor hewan kurban, terdiri dari 8 ekor sapi dan 2 ekor kambing, disembelih pada Hari Raya Iduladha oleh Panitia Kurban Masjid Firdaus. Daging dari hewan kurban ini kemudian dibagikan dalam bentuk paket kepada 239 kepala keluarga jemaah masjid, serta secara khusus juga diberikan kepada warga non-Muslim yang tinggal di sekitar lingkungan masjid.

Langkah ini bukan hal baru. Masjid Firdaus telah melaksanakan praktik pembagian kurban lintas agama secara konsisten selama bertahun-tahun. Bagi mereka, ini bukan sekadar berbagi daging, melainkan memperkuat jalinan silaturahmi antarumat beragama dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Manado yang plural.

Pelaksanaan Kurban di Masjid Firdaus

Sejak pagi hari, suasana di halaman Masjid Firdaus terlihat semarak. Panitia kurban yang terdiri dari pengurus Badan Takmir Masjid dan para sukarelawan sudah bersiap sejak subuh. Proses penyembelihan dilakukan secara syar’i, dengan disaksikan langsung oleh masyarakat sekitar. Beberapa anak-anak terlihat penasaran dan berdiri di balik pagar, menyaksikan prosesi yang jarang mereka lihat secara langsung.

Ketua Badan Takmir Masjid Firdaus, Yudistira Nusrin, menuturkan bahwa kurban tahun ini adalah salah satu yang terbesar selama lima tahun terakhir. Meski ada tantangan ekonomi, semangat masyarakat untuk berkurban justru meningkat.

“Kami bersyukur karena tahun ini kami bisa menyembelih sepuluh ekor hewan kurban. Ini semua berkat partisipasi dan keikhlasan dari para jemaah dan donatur yang mempercayakan kurban mereka kepada panitia Masjid Firdaus,” ujar Yudistira di sela-sela kegiatan pemotongan kurban.

Setelah proses penyembelihan, daging segera dipotong dan dikemas dalam kantong-kantong berukuran 1,5 kilogram. Setiap kepala keluarga, baik jemaah masjid maupun warga sekitar yang terdata, menerima satu paket daging kurban. Distribusi dilakukan secara langsung oleh panitia ke rumah-rumah warga, dengan tetap mengedepankan prinsip keadilan dan kemaslahatan.

Membagi Tanpa Membedakan: Wujud Nyata Toleransi

Yang membedakan kegiatan kurban Masjid Firdaus dari banyak tempat lain adalah inklusivitasnya. Tidak hanya jemaah yang menerima bagian kurban, tetapi juga umat Kristiani yang tinggal berdampingan dengan kompleks masjid. Praktik ini sudah berjalan lebih dari satu dekade dan kini menjadi semacam tradisi tahunan yang ditunggu-tunggu masyarakat.

Menurut Yudistira, keputusan untuk membagikan kurban kepada umat non-Muslim bukanlah keputusan yang tiba-tiba. Hal ini dilandasi oleh semangat persaudaraan dan nilai kemanusiaan yang diyakini oleh seluruh pengurus masjid.

“Islam mengajarkan kasih sayang dan kepedulian, bukan hanya kepada sesama Muslim, tetapi kepada seluruh umat manusia. Kami ingin menghidupkan semangat itu dalam momen yang penuh keberkahan seperti Iduladha ini,” tambahnya.

Sikap ini disambut hangat oleh warga non-Muslim yang menerima daging kurban. Salah satunya adalah Siti Buhari, seorang warga Kristen yang tinggal tidak jauh dari kompleks Masjid Firdaus.

“Kami merasa sangat dihargai dan diperhatikan. Ini bukan sekadar menerima daging, tapi bentuk nyata dari persaudaraan. Anak-anak kami bermain bersama, kami juga saling bantu kalau ada yang sakit atau sedang kesusahan. Ini yang membuat kami bangga tinggal di Manado,” ungkap Siti dengan mata berkaca-kaca.

Antusiasme Warga dan Kesan Mendalam

Pembagian daging kurban berlangsung tertib dan lancar. Setiap paket daging kurban disalurkan berdasarkan kupon yang telah dibagikan sebelumnya. Warga yang menerima, baik Muslim maupun non-Muslim, menyampaikan rasa terima kasih dan harapan agar kegiatan ini terus berlanjut.

Tak hanya warga dewasa, anak-anak pun turut merasakan kebahagiaan Iduladha. Di sela-sela pembagian, panitia juga menyediakan makanan ringan dan minuman gratis. Beberapa remaja masjid terlihat mengatur lalu lintas kendaraan agar distribusi berjalan aman.

Kehangatan perayaan Iduladha di Masjid Firdaus ini juga menarik perhatian sejumlah tokoh agama dan masyarakat. Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Manado, Pdt. Johanes Lumintang, yang turut hadir di lokasi, mengapresiasi langkah masjid tersebut sebagai teladan toleransi antarumat.

“Apa yang dilakukan oleh Masjid Firdaus adalah bentuk konkret dari nilai-nilai Pancasila. Kami dari FKUB akan terus mendorong agar semangat seperti ini menyebar ke tempat-tempat lain. Ini adalah kekuatan utama Manado yang harus kita jaga bersama,” kata Pdt. Lumintang.

Tradisi yang Berkelanjutan

Toleransi di Kota Manado tidak hanya muncul di momen-momen besar seperti Iduladha, tetapi merupakan bagian dari budaya sehari-hari. Kegiatan gotong royong, saling kunjung antar-tokoh agama, dan kerja sama dalam kegiatan sosial sudah menjadi pemandangan biasa di kota ini. Masjid Firdaus hanya salah satu contoh dari banyak komunitas yang menjaga semangat ini tetap hidup.

Dalam wawancara lanjutan, Yudistira menekankan bahwa pihaknya tidak sekadar berbagi, tetapi juga mendidik generasi muda untuk memahami pentingnya hidup berdampingan.

“Kami sengaja libatkan para remaja masjid dalam kegiatan ini, supaya mereka belajar langsung bagaimana Islam itu rahmatan lil ‘alamin. Ini adalah investasi sosial jangka panjang bagi masa depan kota kita,” ujarnya.

Peran Pemerintah dan Harapan ke Depan

Pemerintah Kota Manado juga memberikan dukungan moral atas kegiatan-kegiatan seperti yang dilakukan Masjid Firdaus. Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Manado, Dr. H. Iskandar Samad, menyampaikan apresiasi dan menyebut bahwa kegiatan ini selaras dengan program nasional penguatan moderasi beragama.

“Kami dari Kemenag mendorong semua rumah ibadah, baik masjid maupun gereja, untuk menjadi pusat-pusat kerukunan. Pembagian kurban lintas agama ini merupakan langkah yang patut ditiru. Semoga ke depan makin banyak komunitas yang mengedepankan nilai toleransi dan saling menghormati,” ucap Iskandar.

Melihat antusiasme dan kesuksesan pelaksanaan kurban tahun ini, panitia Masjid Firdaus berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas kegiatan serupa. Mulai dari aspek logistik, keterlibatan masyarakat, hingga perluasan penerima manfaat.

Potret Keberagaman yang Sejuk

Manado, kota yang terletak di ujung utara Pulau Sulawesi, memang dikenal sebagai salah satu wilayah dengan tingkat toleransi antarumat beragama yang tinggi di Indonesia. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa komposisi penduduk Kota Manado didominasi oleh umat Kristiani, namun umat Muslim dan pemeluk agama lain hidup berdampingan dengan damai.

Tradisi berbagi lintas agama yang dilakukan oleh Masjid Firdaus seolah menjadi refleksi dari wajah asli kota ini. Dalam suasana yang penuh berkah, warga Manado kembali membuktikan bahwa keberagaman bukan penghalang, tetapi justru kekuatan untuk saling menguatkan.

Kurban sebagai Medium Persatuan

Perayaan Iduladha di Masjid Firdaus Manado tahun ini menyisakan pesan mendalam bagi seluruh masyarakat Indonesia. Di tengah dunia yang kerap dilanda konflik atas nama perbedaan, kisah dari sebuah masjid di Kota Manado ini menjadi oase yang menyegarkan. Daging kurban yang dibagikan bukan sekadar pangan, tetapi simbol dari nilai kemanusiaan, persaudaraan, dan cinta kasih.

Dengan 10 hewan kurban, ratusan paket daging, dan ribuan senyuman yang mengiringinya, Masjid Firdaus telah memberikan lebih dari sekadar ritual tahunan. Mereka telah merajut harapan bersama — bahwa di atas segala perbedaan, kita bisa saling berbagi dan hidup damai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *