Manado, – Menjelang Hari Raya Idul Adha, pasar-pasar tradisional di berbagai wilayah Indonesia biasanya mulai dipadati masyarakat yang mencari kebutuhan pokok, salah satunya daging sapi. Namun, situasi berbeda terlihat di Pasar Bersehati Kota Manado. Meski hari raya kurban tinggal beberapa pekan lagi, harga daging sapi di pasar terbesar di pusat Kota Manado ini masih terpantau normal. Tak hanya itu, para pedagang justru mengeluhkan penurunan volume penjualan, yang terjadi sejak awal bulan Mei.
Di tengah suhu ekonomi yang fluktuatif, kondisi ini menjadi sorotan tersendiri. Anwar Muhamad, seorang pedagang daging sapi yang sudah belasan tahun berjualan di Pasar Bersehati, menuturkan bahwa harga daging sapi saat ini masih bertahan di angka Rp 125.000 per kilogram. Menurutnya, angka ini tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya.
“Sudah dua bulan ini harga daging sapi stabil di Rp 125.000 per kilo. Tidak naik. Biasanya kalau jelang Idul Adha ada kenaikan sedikit, tapi tahun ini belum terlihat. Tapi anehnya, pembeli malah berkurang,” ungkap Anwar saat ditemui di lapaknya, Senin pagi.
Anwar mencatat, dalam kondisi normal ia mampu menjual hingga 150 kilogram daging sapi per hari. Namun, dalam dua pekan terakhir, volume penjualannya turun drastis menjadi sekitar 100 kilogram per hari. Penurunan itu menurutnya cukup signifikan, mengingat biasanya tren konsumsi daging meningkat menjelang Idul Adha.

Faktor Ekonomi dan Perubahan Perilaku Konsumen
Beberapa faktor diduga menjadi penyebab stagnasi harga dan menurunnya penjualan. Salah satunya adalah daya beli masyarakat yang masih belum sepenuhnya pulih setelah tekanan inflasi dan kenaikan harga bahan pokok lainnya sejak awal tahun. Sejumlah pembeli mengaku harus menyesuaikan pengeluaran rumah tangga agar tetap bisa memenuhi kebutuhan penting lainnya.
Edo, seorang pembeli yang ditemui sedang memilih daging sapi, mengaku tetap membeli meskipun dalam jumlah yang lebih kecil.
“Sekarang beli daging ya seperlunya. Dulu bisa satu kilo, sekarang paling setengah kilo. Banyak kebutuhan lain yang harus dipikirkan juga, apalagi sebentar lagi anak masuk sekolah,” kata Edo yang mengenakan topi dan jaket hitam.
Fenomena perubahan pola konsumsi seperti ini tidak hanya terjadi di Manado. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan yang dirilis awal Mei 2025, konsumsi daging sapi masyarakat di kawasan Indonesia timur mengalami stagnasi sejak kuartal pertama tahun ini. Analis memperkirakan tren ini akan berlangsung setidaknya hingga akhir tahun jika tidak ada intervensi kebijakan yang signifikan dari pemerintah.

Stok Aman, Distribusi Terkendali
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Manado, David Lumentut, memastikan bahwa stok daging sapi di Manado saat ini dalam kondisi aman dan tidak ada gangguan dalam rantai distribusi. Ia menjelaskan bahwa pasokan daging sapi untuk kebutuhan masyarakat menjelang Idul Adha telah diantisipasi sejak April lalu.
“Kami sudah koordinasi dengan para distributor dan peternak lokal. Tidak ada kelangkaan stok. Distribusi juga berjalan lancar, jadi tidak ada alasan harga melonjak seperti tahun-tahun sebelumnya,” jelas Lumentut dalam pernyataan tertulisnya.
Ia menambahkan bahwa salah satu faktor penentu kestabilan harga tahun ini adalah meningkatnya pasokan dari sentra peternakan di Minahasa dan Bolaang Mongondow. Peternak di dua wilayah tersebut dinilai mampu memenuhi kebutuhan pasar lokal tanpa harus banyak bergantung pada pasokan luar daerah.

Pemerintah Kota Tetap Siaga Hadapi Lonjakan Permintaan
Meski harga masih stabil dan pasokan terjaga, Pemerintah Kota Manado tetap menyiagakan tim monitoring harga dan distribusi di lapangan. Tim ini akan aktif bekerja mulai pekan depan untuk memantau pergerakan harga menjelang puncak permintaan yang biasanya terjadi satu minggu sebelum Idul Adha.
Menurut Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Manado, Siska Pandey, langkah antisipatif ini dilakukan agar masyarakat tetap mendapatkan harga yang wajar dan pedagang tidak mengambil keuntungan berlebihan.
“Kita tidak mau ada spekulan yang bermain. Kalau permintaan naik, tentu kami akan evaluasi bersama pelaku pasar agar harga tetap terkendali. Kita juga sudah siapkan opsi operasi pasar bila dibutuhkan,” ujar Pandey.

Perspektif Pedagang: Harapan dan Kekhawatiran
Di sisi lain, para pedagang berharap momentum Idul Adha tahun ini dapat memicu kenaikan permintaan. Beberapa pedagang mengaku sudah mulai menyiapkan stok tambahan, meski masih berhati-hati dalam jumlah.
Anwar Muhamad, yang telah dikenal sebagai salah satu penyuplai utama daging sapi di Pasar Bersehati, menyatakan optimisme bahwa kondisi akan membaik mendekati hari H Idul Adha.
“Biasanya seminggu sebelum Idul Adha, banyak yang cari daging buat pesta keluarga atau qurban kecil. Mudah-mudahan tahun ini tetap seperti itu,” katanya.
Namun, Anwar juga menyatakan kekhawatiran jika pola konsumsi masyarakat terus bergeser, khususnya di kalangan muda dan pekerja urban yang mulai beralih ke sumber protein lain seperti ayam atau ikan.
“Anak muda sekarang banyak yang lebih suka ayam fillet atau makanan instan. Daging sapi mulai kalah pamor. Kami pedagang harus pintar-pintar juga bikin promo atau kerja sama sama rumah makan,” tambahnya.

Peran UMKM dan Rumah Potong Hewan (RPH)
Selain para pedagang tradisional, pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) pengolahan daging dan jasa katering juga turut merasakan dampaknya. Menurut Ketua Forum UMKM Kuliner Manado, Desi Rumondor, penurunan pembelian daging sapi tidak hanya terasa di pasar, tapi juga di industri rumah makan dan katering lokal.
“Biasanya jelang Idul Adha, banyak pesanan menu daging sapi untuk acara keluarga. Tapi tahun ini belum banyak yang masuk. Mungkin masih menunggu kepastian soal THR atau bonus dari kantor,” tutur Desi.
Sementara itu, pihak Rumah Potong Hewan (RPH) Tuminting mengonfirmasi bahwa aktivitas pemotongan belum meningkat secara signifikan. Kepala RPH Tuminting, Arif Solang, menyebutkan bahwa rata-rata pemotongan harian masih di angka 10–12 ekor sapi, tidak berbeda jauh dengan bulan-bulan sebelumnya.
“Belum ada lonjakan signifikan. Tapi kami tetap siap kalau ada permintaan mendadak. Personel dan fasilitas sudah kami siagakan,” ujar Arif.

Kesiapan Jelang Hari H Idul Adha
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara juga telah mengeluarkan surat edaran terkait kesiapan Idul Adha, khususnya dalam hal penyembelihan hewan kurban. Dalam edaran tersebut ditegaskan pentingnya kebersihan, kesehatan hewan, dan pemenuhan standar pemotongan yang sesuai syariat.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulut bahkan telah membentuk tim pemeriksa hewan kurban yang akan bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota termasuk Manado. Tim ini bertugas memastikan hewan kurban bebas dari penyakit seperti antraks dan PMK (penyakit mulut dan kuku).
Kepala Dinas Peternakan Sulut, drh. Ventje Tumundo, menjelaskan bahwa dari hasil pemeriksaan awal, hewan kurban di wilayah Manado dan sekitarnya dalam kondisi sehat dan layak jual.
“Kita sudah lakukan pengecekan awal sejak dua minggu lalu. Semua hewan yang masuk ke pasar dan RPH telah diperiksa kesehatannya. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir,” tegasnya.

Stabil Tapi Perlu Dorongan
Harga daging sapi yang masih normal menjelang Idul Adha memang menjadi kabar baik di tengah tekanan ekonomi yang dirasakan banyak masyarakat. Namun, kenyataan bahwa permintaan justru menurun menjadi sinyal bahwa tantangan konsumsi daging tidak semata-mata soal harga, tetapi juga daya beli dan pola konsumsi yang berubah.
Pedagang seperti Anwar berharap dukungan nyata dari pemerintah, tidak hanya dalam menjaga harga dan pasokan, tetapi juga mendorong peningkatan permintaan melalui promosi, subsidi, atau program edukasi gizi masyarakat.
Sementara itu, konsumen seperti Edo tetap berupaya menyesuaikan pengeluaran, sambil berharap kondisi ekonomi membaik agar bisa kembali merayakan hari besar dengan lebih leluasa.
Dengan pasokan yang terjaga, distribusi yang lancar, serta upaya bersama antara pemerintah dan pelaku usaha, Idul Adha 2025 diharapkan tetap bisa menjadi momentum kebersamaan, termasuk dalam menjaga keseimbangan antara kebutuhan pasar dan kemampuan masyarakat.