Sebanyak tiga ratus anakan terumbu karang ditanam kembali di perairan Pantai Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara. Aksi ini menjadi bagian dari gerakan konservasi laut yang dipelopori oleh Reeformers, sebuah organisasi nirlaba yang didirikan oleh anak muda Sulawesi Utara yang peduli akan masa depan laut Indonesia. Kegiatan ini menjadi momentum penting bagi pelestarian ekosistem laut di tengah krisis iklim dan tekanan akibat aktivitas manusia yang semakin masif.

Lokasi Strategis, Ancaman Nyata

Pantai Malalayang adalah salah satu kawasan pesisir yang terkenal di Manado. Terletak tidak jauh dari kawasan wisata ikonik seperti Bunaken, Malalayang memiliki kekayaan biota laut yang selama ini menjadi daya tarik wisata selam. Namun, meningkatnya suhu laut, sedimentasi, penangkapan ikan berlebih, hingga pembuangan sampah ke laut telah mempercepat kerusakan terumbu karang di kawasan ini.

Menurut catatan Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Utara, lebih dari 60% terumbu karang di pesisir Manado telah mengalami degradasi dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Hal ini mendorong komunitas-komunitas lokal untuk turun tangan langsung.

Reeformers: Gerakan Akar Rumput untuk Laut

Reeformers merupakan organisasi nirlaba berbasis komunitas yang lahir dari keprihatinan generasi muda terhadap rusaknya ekosistem laut. Organisasi ini telah aktif sejak 2021 dan secara konsisten melakukan kegiatan konservasi laut, mulai dari penanaman kembali terumbu karang, edukasi masyarakat pesisir, hingga riset mikroekologi perairan dangkal.

“Penanaman terumbu karang kali ini adalah kolaborasi antara Reeformers, seorang aktor asal Korea Selatan yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan laut, serta komunitas selam lokal di Kota Manado,” kata Ryan Angouw, Co-Founder Reeformers, saat ditemui di lokasi kegiatan, Minggu (18/5/2025).

Ryan menambahkan bahwa kehadiran tokoh publik dari luar negeri tidak hanya memperkuat kolaborasi lintas budaya, tapi juga menarik perhatian masyarakat luas akan pentingnya konservasi laut. “Harapan kami, kegiatan ini bisa menjadi pemantik semangat generasi muda untuk ikut menjaga lautnya,” ujarnya.

Cara dan Proses Penanaman

Penanaman dilakukan menggunakan metode substrat beton berbentuk rangka segitiga yang telah terbukti mendukung pertumbuhan karang lebih cepat. Setiap substrat dipasang di kedalaman 3–5 meter dan ditanami anakan karang jenis Acropora, Montipora, dan Porites. Jenis-jenis ini dipilih karena adaptif terhadap perairan Malalayang dan mampu membentuk struktur ekosistem mikro yang kaya akan ikan kecil serta plankton.

Selama proses penanaman, tim selam yang terdiri dari 15 orang bekerja secara bergiliran selama hampir lima jam. Mereka juga membersihkan area sekitar dari sampah plastik dan jaring nelayan yang tersangkut di batu karang.

“Kami tidak hanya menanam, tapi juga melakukan monitoring berkala. Setiap tiga bulan, kami akan kembali menyelam untuk memeriksa tingkat kelangsungan hidup karang yang kami tanam,” ujar Vinsen Poluan, salah satu penyelam teknis Reeformers.

Partisipasi Komunitas dan Sosialisasi

Penanaman terumbu karang ini bukan hanya melibatkan penyelam profesional, tetapi juga mengundang warga sekitar untuk mengikuti kegiatan edukasi mengenai pentingnya ekosistem laut. Di tenda utama yang didirikan di bibir pantai, para relawan menyajikan video dokumenter dan mini talkshow yang diisi oleh akademisi dari Universitas Sam Ratulangi.

“Saya baru tahu bahwa karang yang kita injak waktu snorkeling itu sebenarnya makhluk hidup yang bisa mati kalau dirusak,” ujar Icha, pelajar SMA yang ikut dalam sesi edukasi. Ia mengaku akan lebih berhati-hati ketika mengunjungi pantai dan akan mengajak teman-temannya ikut serta dalam kegiatan serupa.

Kegiatan ini juga menggandeng Dinas Lingkungan Hidup Kota Manado serta pihak kelurahan setempat. Dukungan ini penting karena keterlibatan pemerintah daerah menjadi faktor kunci keberlangsungan program konservasi.

“Kami berkomitmen memfasilitasi kegiatan seperti ini. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri dalam menjaga ekosistem. Justru komunitas seperti Reeformers inilah yang menjadi ujung tombak perubahan,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Manado, John Lumentut.

Aksi Bersama dengan Pesan Global

Keunikan kegiatan kali ini adalah kehadiran Kim Jae-Won, aktor asal Korea Selatan yang dikenal lewat drama televisi dan kini aktif sebagai duta lingkungan. Ia secara khusus datang ke Manado untuk mengikuti penanaman terumbu karang ini.

“Indonesia memiliki laut yang sangat indah. Tapi keindahan itu tidak akan bertahan jika kita tidak menjaga bersama,” kata Kim dalam sambutannya. Ia menyampaikan rasa bangganya bisa berkolaborasi dengan komunitas lokal yang memiliki semangat luar biasa dalam menyelamatkan laut.

Kim juga menanam langsung satu set anakan karang dan mengunggah kegiatannya di media sosial pribadinya. Unggahannya mendapat ribuan respon positif dari para pengikutnya, yang kebanyakan berasal dari Korea Selatan dan Jepang.

“Kolaborasi internasional seperti ini penting. Ini bukan soal siapa, tapi bagaimana kita menyatukan kekuatan untuk tujuan yang sama,” tambah Ryan Angouw.

Tantangan dan Harapan

Meski kegiatan berjalan lancar, tantangan konservasi laut tetap ada. Salah satu kendala utama adalah pendanaan. Reeformers selama ini mengandalkan donasi dari publik dan mitra kecil. Untuk kegiatan besar seperti penanaman massal, dana operasional seringkali melebihi ekspektasi.

Selain itu, tidak semua warga pesisir memiliki kesadaran yang sama. Masih banyak yang membuang limbah ke laut atau menggunakan bom ikan secara sembunyi-sembunyi di wilayah terlarang.

“Kami sadar, perubahan butuh waktu. Tapi jika terus dilakukan secara konsisten, hasilnya akan terlihat,” kata Vinsen Poluan.

Pihak Reeformers berharap kegiatan seperti ini bisa menjadi agenda rutin. Mereka tengah menyusun rencana untuk menjangkau pesisir lain di Minahasa dan Bolaang Mongondow pada akhir tahun ini.

Dukungan Akademik dan Studi Jangka Panjang

Menurut Prof. Helen Mandagi, pakar ekologi laut dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, kegiatan penanaman karang bisa memberi dampak jangka panjang jika disertai monitoring dan intervensi berbasis riset.

“Penanaman tanpa kajian bisa berakhir sia-sia. Tapi jika dikelola dengan data dan metode yang tepat, kawasan seperti Malalayang bisa menjadi contoh keberhasilan restorasi ekosistem laut,” ujarnya.

Prof. Helen juga mengusulkan agar ada sistem adopsi karang, di mana masyarakat bisa ‘mengadopsi’ satu anakan karang dan membiayai perawatannya selama setahun. Gerakan penanaman terumbu karang di Pantai Malalayang membuktikan bahwa aksi kecil dari komunitas lokal bisa memberi dampak besar bagi pelestarian lingkungan. Dengan kolaborasi lintas komunitas, dukungan akademisi, dan perhatian dari figur publik internasional, kegiatan ini tidak hanya menumbuhkan harapan baru bagi laut Manado, tapi juga mengirim pesan kuat bahwa masa depan planet ini bergantung pada kepedulian kolektif.

Reeformers, bersama warga, akademisi, dan mitra internasional, mengingatkan bahwa laut bukan hanya soal keindahan, tapi soal keberlangsungan hidup seluruh makhluk di bumi. Saat karang kembali tumbuh di dasar laut Malalayang, tumbuh pula harapan untuk dunia yang lebih lestari.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *