Manado – Suasana pagi di Kelurahan Ranomuut, Kota Manado, pada Senin, 6 Mei 2025, terasa berbeda dari biasanya. Di halaman sederhana Sekolah Luar Biasa (SLB) B-C Kristen Emmanuel, puluhan siswa berkebutuhan khusus berdiri tegak, mengenakan seragam, menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan penuh semangat dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional.
Mereka tidak sekadar hadir. Dengan didampingi para guru, para siswa mengikuti jalannya upacara dengan tertib, membentuk barisan rapi meski sebagian memiliki keterbatasan dalam bergerak atau berkomunikasi. Bendera merah putih dikibarkan dengan penuh hormat, menandai semangat juang yang tak pernah padam, bahkan dalam keterbatasan.

Mengajarkan Cinta Tanah Air Lewat Disiplin dan Keteladanan
Kepala SLB B-C Kristen Emmanuel Manado, Arie Djeffry Wawointana, memimpin langsung kegiatan tersebut. Ia menegaskan bahwa upacara rutin seperti ini bukan hanya kegiatan seremonial, tetapi juga sarana pembelajaran nilai-nilai kebangsaan dan kedisiplinan kepada para siswa yang berkebutuhan khusus.
“Upacara bendera setiap hari Senin dan juga dalam momen nasional seperti Hari Pendidikan Nasional merupakan bagian dari pembelajaran penting. Kami ingin menanamkan nilai cinta Tanah Air meski anak-anak memiliki keterbatasan. Mereka tetap bisa menghargai simbol negara dan tahu pentingnya persatuan,” ujar Arie Wawointana saat diwawancarai usai upacara.
Ia menjelaskan bahwa pendekatan yang digunakan guru dalam mengajarkan nilai kebangsaan harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing anak. Beberapa siswa membutuhkan bantuan gerakan visual, sebagian lagi diajari dengan pendekatan sentuhan, suara lembut, atau pengulangan kata-kata agar lebih mudah dicerna.
“Mereka ini luar biasa. Meski tidak semua bisa mengungkapkan secara verbal, tetapi mereka memahami arti dari kegiatan yang mereka lakukan. Ini membuktikan bahwa semua anak, apapun kondisinya, punya tempat dalam kehidupan berbangsa,” tambahnya.

Sekolah Swasta dengan Visi Kemanusiaan
SLB B-C Kristen Emmanuel bukanlah sekolah negeri. Sekolah ini berdiri di bawah Yayasan Persekolahan Kristen Emmanuel Manado sejak tahun 1983. Meskipun berstatus swasta, seluruh biaya pendidikan untuk siswa ditanggung yayasan, menjadikannya salah satu institusi yang sangat inklusif di Kota Manado.
Dengan jumlah 38 siswa dari berbagai tingkatan – mulai dari SD hingga SMA – sekolah ini hanya memiliki delapan guru pengajar yang secara rutin memberikan perhatian penuh kepada para siswa. Mereka tidak hanya mengajar, tetapi juga menjadi pembimbing kehidupan, pelatih keterampilan dasar, hingga tempat anak-anak ini mencurahkan cerita.
“Kami tidak hanya fokus pada pembelajaran akademik. Di sini anak-anak juga diajarkan keterampilan hidup, seperti cara makan sendiri, merapikan pakaian, atau bahkan berjualan kecil-kecilan sebagai simulasi kemandirian,” ujar Truly Kerap, Ketua Yayasan Persekolahan Kristen Emmanuel Manado.
Sebagai seorang pendidik yang juga aktif dalam pelayanan sosial, Truly menambahkan bahwa perjuangan mengelola sekolah dengan anak-anak spesial ini bukan tanpa tantangan. Terbatasnya anggaran membuat pihak sekolah harus pandai-pandai mengelola sumber daya agar tetap bisa menjalankan operasional sekolah setiap hari.

Harapan untuk Pemerintah dan Masyarakat
Dalam wawancara lanjutan, Truly menyampaikan harapan agar ada lebih banyak pihak yang memperhatikan keberadaan sekolah-sekolah seperti SLB B-C Kristen Emmanuel. Baik pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat luas dinilai bisa berkontribusi, entah lewat bantuan materi, pelatihan guru, hingga penyediaan sarana prasarana.
“Saat ini, kami masih sangat membutuhkan ruang kelas yang lebih representatif, alat bantu belajar seperti komputer yang dilengkapi program edukasi khusus, dan juga pelatihan rutin bagi para guru agar terus mengembangkan metode pengajaran sesuai kebutuhan siswa,” tutur Truly.
Ia menegaskan bahwa pendidikan inklusif bukan hanya tanggung jawab sekolah khusus, tetapi merupakan bagian dari komitmen kolektif bangsa dalam menjamin hak semua anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

Dedikasi Para Guru yang Tak Terlihat oleh Banyak Orang
Para guru di SLB ini tidak hanya berperan sebagai pengajar. Mereka adalah sosok pelindung, penghibur, sekaligus penyemangat. Dedikasi mereka terlihat jelas dari cara mereka mendampingi satu per satu siswa saat mengikuti upacara. Ada yang menggandeng tangan, ada yang membimbing cara berdiri, ada juga yang menuntun pelafalan teks Pancasila secara perlahan.
“Kami berusaha mengenali karakter tiap anak. Ada yang hiperaktif, ada yang sangat sensitif. Jadi pendekatan kami tidak bisa seragam. Ini membutuhkan waktu, kesabaran, dan tentu saja kasih,” ujar salah satu guru, Maria Tumiwa, yang telah mengabdi lebih dari 15 tahun di sekolah tersebut.
Guru seperti Maria mengaku bahwa bekerja di sekolah luar biasa memberi makna yang berbeda dalam dunia pendidikan. Ia tidak pernah mengharapkan pujian, tetapi hanya ingin para siswa dapat tumbuh menjadi individu yang mandiri dan dihargai dalam masyarakat.

Menguatkan Karakter Lewat Perayaan Nasional
Peringatan Hari Pendidikan Nasional di sekolah ini juga diisi dengan pembacaan puisi oleh salah satu siswa tuna rungu, serta persembahan lagu nasional oleh kelompok paduan suara kecil yang dibimbing oleh guru musik. Penampilan mereka mengundang haru para hadirin, terutama para orang tua dan wali murid yang ikut hadir dalam kegiatan tersebut.
Seorang orang tua siswa, Ibu Marlene Rantung, menyampaikan rasa syukurnya karena anaknya yang berkebutuhan khusus bisa mendapat tempat belajar yang tidak diskriminatif dan penuh kasih.
“Saya sangat bersyukur ada sekolah seperti ini di Manado. Anak saya jadi percaya diri, bisa belajar tanpa diejek, dan kami juga dibimbing sebagai orang tua,” ujar Marlene dengan mata berkaca-kaca.
Menurutnya, tidak semua sekolah umum siap menerima anak-anak dengan kebutuhan khusus. SLB B-C Kristen Emmanuel menjadi oase bagi banyak keluarga yang awalnya bingung menentukan masa depan pendidikan anak-anak mereka.

Menanamkan Harapan dan Mimpi di Tengah Keterbatasan
Di akhir kegiatan, seluruh siswa dan guru menyanyikan lagu “Hymne Guru” sambil berdiri saling bergandengan tangan. Lagu tersebut menjadi simbol harapan akan masa depan pendidikan yang inklusif, adil, dan menyentuh setiap lapisan masyarakat.
Meski hidup dalam keterbatasan, para siswa dan tenaga pendidik di SLB B-C Kristen Emmanuel menunjukkan bahwa semangat Hari Pendidikan Nasional bukan hanya milik mereka yang sempurna secara fisik atau mental. Justru, dari ruang kecil yang sederhana inilah, nilai sejati pendidikan dipraktikkan secara nyata: membentuk manusia yang merdeka, mandiri, dan mencintai bangsanya.
Upacara bendera di SLB B-C Kristen Emmanuel Manado bukan sekadar ritual. Ia adalah bukti nyata bahwa semangat nasionalisme bisa tumbuh subur bahkan di lingkungan yang paling sederhana sekalipun. Di balik keterbatasan fisik dan mental para siswa, ada ketulusan pengabdian para guru dan pengelola yayasan yang tak kenal lelah menanamkan nilai-nilai luhur pendidikan.
Momen Hari Pendidikan Nasional tahun ini menjadi pengingat bahwa pendidikan bukan milik segelintir orang. Ia adalah hak seluruh anak bangsa, tanpa kecuali. Dan di sekolah luar biasa seperti ini, pendidikan telah menemukan makna paling mulianya: menyentuh hati, mengubah hidup, dan menggerakkan masa depan.