Manado, 28 April 2025 — Suasana berbeda menyelimuti apron Pangkalan Udara (Lanud) Sam Ratulangi pagi itu. Ratusan anak-anak usia dini, mengenakan seragam TK dan SD, tampak berlarian riang, mata mereka berbinar menyaksikan gagahnya pesawat Hercules yang terparkir megah di hadapan mereka. Di sisi lainnya, tiga unit pesawat tempur Super Tucano berdiri tegak, mengundang decak kagum. Pagi itu bukan hari biasa. TNI Angkatan Udara membuka gerbangnya untuk masyarakat dalam rangkaian kegiatan bertajuk Open Base.

Program ini bukan sekadar pameran alat utama sistem senjata (Alutsista). Lebih dari itu, Open Base 2025 dirancang sebagai sarana edukasi dini yang mempertemukan generasi muda dengan penjaga langit nusantara. Dengan pendekatan visual dan interaktif, anak-anak yang selama ini hanya mengenal pesawat tempur dari layar televisi akhirnya bisa menyentuh dan menyaksikannya dari dekat.

“Kegiatan ini kami gelar sebagai bagian dari peringatan Hari TNI AU sekaligus mengenalkan dunia dirgantara kepada anak-anak sejak dini,” ungkap Mayor Sus Dhanu Wijaya, Kepala Penerangan (Kapen) Lanud Sam Ratulangi.

Kunjungan Penuh Antusias

Satu per satu bus sekolah menurunkan penumpangnya di area pintu masuk pangkalan. Sejumlah petugas militer menyambut hangat, membantu menertibkan antrean anak-anak yang datang bersama para guru. Mereka diarahkan menuju lokasi pameran statis pesawat, di mana pesawat Hercules C-130 dan tiga Super Tucano dipamerkan lengkap dengan kru yang siap menjelaskan fungsinya.

Para siswa tidak hanya diajak berfoto, tetapi juga diberi kesempatan mendengarkan penjelasan teknis ringan yang sudah disesuaikan dengan usia mereka. Bagaimana sebuah pesawat lepas landas, mengapa baling-baling bisa berputar, dan bagaimana pilot bisa mengendalikan pesawat, menjadi bagian dari pengetahuan baru yang mereka dapatkan langsung dari sumbernya.

“Biasanya anak-anak hanya melihat pesawat saat melintas di langit atau menonton di TV. Tapi hari ini mereka bisa menyentuh langsung. Ada yang sampai tidak mau turun dari tangga pesawat karena terlalu senang,” kata Betty Kindangen, salah satu guru TK yang mendampingi siswanya.

Ia menambahkan bahwa momen seperti ini sangat berharga dalam membentuk ketertarikan anak terhadap ilmu pengetahuan dan wawasan kebangsaan. Betty menyebut kegiatan semacam ini adalah contoh ideal sinergi antara institusi militer dan dunia pendidikan.

Pendidikan Karakter Lewat Dirgantara

Tak sekadar hiburan atau wisata edukatif, Open Base yang digelar Lanud Sam Ratulangi juga sarat nilai moral dan nasionalisme. Dalam sesi interaktif yang difasilitasi oleh personel TNI AU, anak-anak diajak memahami pentingnya hidup sehat, rajin belajar, disiplin, dan menjaga kebersihan. Prinsip dasar pembentukan karakter diperkenalkan lewat cara menyenangkan, termasuk melalui permainan dan simulasi ringan.

Menurut Mayor Dhanu, pendekatan edukatif ini penting agar sejak dini anak-anak tumbuh dengan rasa bangga terhadap bangsanya dan memahami peran strategis TNI, khususnya Angkatan Udara.

“Kami ingin membentuk kesadaran sejak kecil bahwa menjaga tanah air adalah tanggung jawab bersama. Lewat kedekatan ini, harapannya muncul mimpi-mimpi besar—menjadi pilot, teknisi pesawat, atau bagian dari TNI AU,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa tidak semua anak harus menjadi prajurit, tetapi semua anak harus mencintai tanah air dan menghormati jasa para penjaga kedaulatan, termasuk lewat pengetahuan tentang pertahanan udara.

Peran Strategis Lanud Sam Ratulangi

Lanud Sam Ratulangi, sebagai salah satu pangkalan strategis di wilayah timur Indonesia, memiliki peran penting tidak hanya dalam konteks pertahanan, tetapi juga pembinaan potensi dirgantara di wilayah Sulawesi Utara. Letaknya yang dekat dengan pusat kota Manado menjadikan pangkalan ini lebih terbuka terhadap interaksi masyarakat, termasuk dalam pelaksanaan Open Base.

Sebagai pangkalan yang juga mendukung misi-misi kemanusiaan seperti pengiriman bantuan ke daerah bencana, kehadiran pesawat angkut Hercules menjadi ikon penting dalam keterlibatan TNI AU di luar tugas tempur. Inilah yang ingin dikenalkan kepada generasi muda—bahwa kekuatan militer Indonesia bukan hanya tentang perang, tetapi juga tentang kemanusiaan.

“Pesawat Hercules tidak hanya digunakan untuk operasi militer, tetapi juga mengevakuasi korban bencana, mengirim bantuan logistik, hingga mendukung program sosial di daerah-daerah terpencil,” jelas salah satu awak pesawat yang ikut menyambut anak-anak.

Dengan informasi seperti itu, anak-anak mulai memahami bahwa tentara bukan hanya sosok yang keras, tetapi juga penuh kasih dalam menjalankan misi mulia.

Respon Positif Orang Tua dan Sekolah

Antusiasme tak hanya datang dari anak-anak. Para guru, kepala sekolah, hingga orang tua yang ikut mendampingi juga mengapresiasi kegiatan ini. Menurut mereka, kegiatan semacam ini jarang dilakukan dan sangat bermanfaat dalam memperluas wawasan anak di luar kurikulum kelas.

Salah satu orang tua, Ester Pangkey, yang ikut mendampingi putranya dari SD di wilayah Malalayang, menyatakan kebanggaannya karena sang anak akhirnya bisa berinteraksi langsung dengan tentara.

“Dia selalu bilang ingin jadi pilot, dan hari ini dia melihat pesawat tempur dari dekat. Ini mungkin awal dari cita-citanya. Terima kasih untuk TNI AU yang membuka diri untuk anak-anak,” kata Ester.

Beberapa sekolah bahkan menyampaikan surat resmi kepada Lanud Sam Ratulangi, berisi ucapan terima kasih dan permintaan agar kegiatan ini menjadi agenda tahunan yang dapat dijadwalkan secara rutin.

Investasi Jangka Panjang dalam Cinta Tanah Air

Program edukasi militer seperti Open Base tidak hanya memberi pengalaman baru bagi anak-anak, tetapi juga memperkuat relasi antara institusi militer dan masyarakat sipil. Dalam jangka panjang, pendekatan seperti ini menjadi bagian dari strategi soft power TNI AU untuk membentuk persepsi publik yang positif dan membangun generasi penerus yang sadar akan pentingnya pertahanan nasional.

Sebagai bagian dari program pembinaan potensi dirgantara, kegiatan ini juga membuka peluang untuk menyeleksi bibit unggul yang nantinya bisa diarahkan mengikuti jalur pendidikan militer, seperti Sekolah Penerbang TNI AU, Akademi Angkatan Udara (AAU), atau jalur beasiswa lainnya.

“Kami melihat kegiatan ini sebagai langkah kecil menuju cita-cita besar. Jika hari ini ada satu anak yang terinspirasi menjadi penerbang atau teknisi TNI AU, maka tujuan kami tercapai,” tegas Mayor Dhanu.

Langit yang Terbuka, Cita-Cita yang Terbentang

Dunia anak-anak adalah dunia imajinasi dan peniruan. Ketika mereka melihat seorang penerbang berdiri gagah di samping pesawat tempur, mengenakan seragam biru kebanggaan, mereka sedang membentuk mimpi dalam hati kecil mereka. TNI AU, melalui Open Base, memberi mereka bahan bakar untuk mimpi itu.

Langit Manado hari itu bukan hanya dihiasi pesawat tempur, tetapi juga oleh semangat dan harapan anak-anak yang melihat Indonesia dari sudut yang lebih tinggi—dari kokpit pesawat impian mereka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *