Bekasi — Setahun mengenang kepergian Prof. Maria Helena Elisabet Roeroe, tokoh intelektual sastra dan budaya asal Minahasa, berlangsung dalam sebuah acara budaya literasi bertajuk “Budaya Literasi: Pemaknaan Sastra Mengentaskan Kemiskinan” di Rumah Perubahan, Bekasi, Jawa Barat. Diprakarsai oleh Kolonel TNI AU (Purn) Dr.Dolly R.D.Kaunang SpJP., pertemuan ini menggali kembali pemikiran-pemikiran Prof. Roeroe yang tertuang dalam buku terbitan Maghza Pustaka tahun 2025. Dihadiri sejumlah tokoh nasional seperti Prof. Rhenald Kasali, Pdt. Lily Danes, Max Wilar, serta para pengamat peradaban, acara ini menjadi momen refleksi atas warisan intelektual yang ditinggalkan beliau.

Mengenang Melalui Budaya Literasi

Tradisi memperingati setahun wafat di budaya Minahasa biasanya dilakukan dengan ibadah, kunjungan ke makam, dan pembagian harta warisan atau “budel”. Namun, keluarga besar Kaunang-Roeroe memilih jalan yang lebih unik dan mendalam: membangkitkan kembali warisan intelektual Prof. Maria Helena Elisabet Roeroe.

Dalam kurun waktu setahun, anak-cucu keluarga ini tidak hanya mengenang beliau dengan doa dan pertemuan keluarga, tetapi juga secara aktif membaca ulang, menerjemahkan, mengedit, mendesain, dan mempublikasikan karya-karya ilmiah almarhum dalam bentuk buku-buku yang lebih ringan dan dapat diakses luas oleh masyarakat umum.

Salah satu karya utama yang dibedah dalam acara ini adalah buku “Pemaknaan Sastra Mengentaskan Kemiskinan” yang membahas bagaimana sastra, dalam pengamatan Prof. Roeroe, mampu menjadi alat pencerahan sosial-ekonomi, terutama melalui pembacaan terhadap novel “The Grapes of Wrath” karya John Steinbeck.

25 April 2025 di Rumah Perubahan, Bekasi

Acara ini berlangsung pada 25 April 2025, sehari setelah tepat satu tahun berpulangnya Prof. Maria Helena Elisabet Roeroe. Rumah Perubahan, sebuah tempat yang digagas oleh Prof. Rhenald Kasali untuk pembelajaran transformasi sosial dan budaya, menjadi lokasi bersejarah diadakannya peringatan ini. Tempat ini dipilih karena kesesuaiannya dengan nilai-nilai perubahan dan kemajuan pemikiran yang juga diwariskan oleh Prof. Roeroe semasa hidupnya.

Puluhan pengamat budaya, akademisi, penulis, dan aktivis literasi hadir dalam suasana yang sarat penghormatan, refleksi, dan dialog yang hidup.

Keterlibatan: Inisiator, Pembicara, dan Keluarga

Kolonel TNI AU (Purn) Dr.Dolly R.D.Kaunang SpJP., salah satu putra Prof. Roeroe, menjadi penggagas utama acara ini. Bersama istrinya, dr. Tiurmalina P. Loebis, dan saudara-saudaranya, yakni dr. Kundap OM Kaunang MPsi & Albert Tendean SE, serta Ir.Sumenge Tangkawarouw Godion Kaunang, MT.,Phd, dan Prof.DR.Dr.Junita Maja Pertiwi S. SpN(K), mereka membentuk tim kerja yang disebut Yayasan Onsay, sebuah yayasan yang bergerak dalam dokumentasi leluhur dan budaya literasi.

Sebagai pembicara dalam acara ini hadir nama-nama besar seperti:

  • Prof. Rhenald Kasali, guru besar Universitas Indonesia dan penggagas Rumah Perubahan.
  • Max Wilar, penulis dan pengamat sastra Indonesia modern.
  • Pdt. Lily Danes, tokoh agama dan budaya.

Ketiga pembicara tersebut mengulas isi buku dari beragam perspektif: ekonomi, budaya, dan religiositas.

Acara Ini Dilaksanakan Guna Menyebarluaskan Warisan Pemikiran

Keluarga besar Kaunang-Roeroe berpegang pada keyakinan bahwa warisan intelektual Prof. Maria Helena Elisabet Roeroe tidak hanya milik keluarga, melainkan aset budaya yang layak diwariskan kepada masyarakat luas.

Prof. Roeroe, semasa hidup, telah berkontribusi besar dalam dunia pendidikan dan literasi di Indonesia, terutama dalam konteks pemberdayaan masyarakat miskin melalui pendekatan budaya dan sastra. Melalui pembacaan kritis karya John Steinbeck dan lainnya, beliau menunjukkan bahwa sastra bukan hanya seni, melainkan kekuatan untuk perubahan sosial.

Maka, alih-alih hanya membagi “budel” materi, anak-cucu beliau memilih membagi “budel” intelektual: buku, gagasan, dan inspirasi.

“Ini bagian dari bagaimana kami menghidupkan kembali Oma Lies di tengah kehidupan kami dan masyarakat,” ungkap Dr.Dolly R.D.Kaunang. dalam pidatonya.

Refleksi, Diskusi, dan Inspirasi

Max Wilar mengaitkan krisis ekonomi besar seperti The Great Depression 1929 dengan peran penting sastra dalam membangun daya tahan dan solidaritas sosial. Ia juga membahas pemikiran Max Weber tentang etika Protestan yang mendorong kapitalisme, dan bagaimana Prof. Roeroe mengadaptasi pendekatan tersebut dalam konteks lokal Indonesia.

Prof. Rhenald Kasali menambahkan dimensi transformasi sosial dan pentingnya membangun “rumah perubahan” di setiap keluarga dan komunitas, sebagaimana yang telah dicontohkan keluarga Kaunang-Roeroe.

Pdt. Lily Danes menyoroti aspek teologis dalam karya Prof. Roeroe, terutama tentang bagaimana iman dan pengharapan ditransformasikan dalam karya sastra menjadi kekuatan untuk bertahan di tengah kesulitan ekonomi.

Acara juga diramaikan dengan peluncuran buku-buku lain, termasuk karya cucu Prof. Roeroe, Tumoutou Passah Kaunang, yang membuktikan bahwa semangat literasi tidak berhenti di satu generasi saja.

Seluruh rangkaian acara ditutup dengan doa bersama, refleksi pribadi, dan pembagian buku kepada para peserta.

Informasi Tambahan: Membawa Semangat ke Tanah Leluhur

Selain diadakan di Bekasi, keluarga Kaunang-Roeroe berencana melanjutkan gerakan literasi ini ke tanah leluhur di Minahasa. Program Yayasan Onsay berikutnya termasuk:

  • Lokakarya literasi di Tomohon dan Manado.

Di sisi lain, acara ini juga memicu gelombang inspirasi bagi komunitas diaspora Minahasa di perantauan untuk tidak melupakan akar budaya mereka sambil terus memperbarui diri dalam dunia modern.

Melalui acara sederhana namun mendalam ini, Radio Digital Manado mengangkat peristiwa tersebut sebagai “Pertanda Zaman” — bahwa di tengah derasnya arus globalisasi dan kapitalisme, masih ada ruang bagi warisan budaya, keluarga, dan literasi untuk menjadi fondasi perubahan sosial.

Semangat Prof. Maria Helena Elisabet Roeroe, yang mendedikasikan hidupnya untuk pengentasan kemiskinan melalui kekuatan sastra, kini terus hidup — bukan hanya dalam buku, tetapi dalam gerak langkah generasi-generasi penerusnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *