Manado – Kenaikan harga cabai rawit di Kota Manado kini mencapai titik tertinggi, membuat para pengusaha rumah makan mulai kewalahan. Cabai, yang merupakan bumbu utama dalam masakan khas Manado, kini tembus harga Rp120 ribu per kilogram. Kondisi ini memaksa pemilik usaha kuliner untuk mengeluarkan biaya ekstra agar tetap bisa menyajikan menu andalan mereka.

Cabai Melambung, Masakan Pedas Terancam Berkurang
Lonjakan harga cabai rawit yang tidak terkendali membuat pengusaha rumah makan terpaksa mengurangi tingkat kepedasan masakan mereka. Salah satu pemilik rumah makan di Manado, Yonace Kaemon, mengaku bahwa kenaikan harga ini berdampak signifikan pada operasional usahanya.
“Harga cabai makin tinggi, kalau terus seperti ini, kami terpaksa harus mengurangi jumlah cabai dalam masakan. Tidak mungkin kami menaikkan harga makanan secara drastis karena pelanggan pasti keberatan,” ujar Yonace.
Ia menjelaskan bahwa masakan khas Manado seperti woku, rica-rica, dan dabu-dabu sangat bergantung pada cabai rawit. Jika harganya terus naik, maka cita rasa pedas yang menjadi ciri khas kuliner Manado bisa berkurang.

Tak Hanya Cabai, Harga Bahan Pokok Lain Juga Naik
Selain cabai rawit, harga beberapa bahan pokok lainnya juga mengalami kenaikan, seperti minyak goreng dan bawang merah. Kondisi ini semakin menyulitkan para pengusaha rumah makan yang sudah harus menekan biaya produksi.
“Minyak goreng juga naik, padahal ini bahan utama dalam memasak. Kalau semua naik, kami harus mencari cara agar tetap bisa bertahan. Semoga pemerintah bisa segera mengatasi masalah ini,” tambah Yonace.
Di beberapa pasar tradisional di Manado, harga minyak goreng kini berkisar Rp18 ribu hingga Rp20 ribu per liter, naik dari harga sebelumnya yang berkisar Rp15 ribu per liter.

Pedagang Pasar: Stok Berkurang, Permintaan Tinggi
Menurut pedagang di Pasar Bersehati dan Pasar Pinasungkulan, kenaikan harga cabai ini disebabkan oleh stok yang menurun akibat cuaca ekstrem dan gangguan distribusi dari daerah pemasok.
“Beberapa daerah penghasil cabai mengalami gagal panen karena curah hujan tinggi. Selain itu, distribusi juga terhambat, makanya harga melonjak,” ujar salah satu pedagang di Pasar Bersehati.

Masyarakat Menjerit, Harapan ke Pemerintah
Kenaikan harga cabai ini tidak hanya berdampak pada pengusaha rumah makan, tetapi juga masyarakat umum. Banyak warga mengeluhkan pengeluaran dapur yang semakin membengkak.
“Dulu Rp20 ribu sudah bisa dapat setengah kilo cabai, sekarang harus bayar lebih dari Rp50 ribu. Padahal cabai itu wajib ada di dapur kami,” ujar seorang ibu rumah tangga di Manado.
Masyarakat dan pelaku usaha berharap pemerintah daerah dapat segera turun tangan untuk menstabilkan harga bahan pokok. Beberapa pihak meminta agar dilakukan operasi pasar atau subsidi harga agar masyarakat tidak semakin terbebani.
Sejauh ini, pihak pemerintah belum mengeluarkan kebijakan khusus terkait lonjakan harga cabai dan bahan pokok lainnya. Namun, jika kondisi ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin akan berdampak lebih luas pada perekonomian masyarakat dan sektor usaha kuliner di Manado.