Manado – Setelah tujuh tahun beroperasi, pusat perbelanjaan Transmart Kairagi Manado di Grand Kawanua Citywalk resmi menutup operasionalnya secara permanen pada Jumat, 31 Januari 2025. Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, terutama para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang bergantung pada arus pengunjung pusat perbelanjaan tersebut.
Sejak pertama kali dibuka pada 17 November 2017, Transmart Kairagi menjadi salah satu pusat perbelanjaan yang tidak hanya menyediakan kebutuhan masyarakat tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Dengan konsep modern yang menggabungkan supermarket, wahana permainan, serta tenant-tenant fashion dan kuliner, keberadaan Transmart Kairagi memberikan dampak signifikan terhadap sektor ritel di Kota Manado.
Namun, pada hari terakhir operasional, suasana di dalam gedung terlihat berbeda dari biasanya. Para pemilik tenant mulai membereskan barang dagangan mereka, rak-rak yang dulu dipenuhi produk kini kosong, dan suasana sepi terasa di setiap sudut bangunan. Keputusan penutupan ini membawa dampak besar, terutama bagi para pelaku usaha kecil yang selama ini mengandalkan keramaian pusat perbelanjaan tersebut.

UMKM Terdampak, Omzet Pedagang Merosot Drastis
Penutupan Transmart Kairagi Manado bukan hanya sekadar kehilangan sebuah pusat perbelanjaan, tetapi juga menimbulkan efek domino terhadap usaha di sekitarnya. Salah satu pelaku UMKM, Mirra, yang menjalankan usaha rumah makan di sekitar kawasan Transmart, mengaku mengalami penurunan omzet yang drastis sejak pengumuman penutupan gerai tersebut.
“Biasanya dalam sehari, makanan yang saya jual bisa langsung habis karena banyaknya karyawan dan pengunjung yang makan di sini. Tapi sekarang, setelah Transmart tutup, pembeli jauh berkurang dan omzet turun drastis,” ujarnya.
Tidak hanya pedagang makanan, pemilik usaha kecil lainnya seperti penjual pakaian, aksesori, dan jasa laundry juga merasakan dampak yang sama. Mereka kehilangan pelanggan setia yang sebagian besar berasal dari karyawan Transmart dan pengunjung mall.

Tantangan Baru bagi Sektor Ritel di Manado
Penutupan Transmart Kairagi menandai tantangan besar bagi sektor ritel di Manado. Menurut pengamat ekonomi lokal, fenomena ini mengindikasikan menurunnya daya beli masyarakat dan pergeseran pola konsumsi dari belanja langsung ke platform digital.
“Tren belanja masyarakat saat ini semakin bergeser ke e-commerce dan marketplace online. Ini menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan jumlah pengunjung di pusat perbelanjaan konvensional,” ungkap seorang pakar ekonomi dari salah satu universitas di Manado.
Selain faktor perubahan gaya belanja, tantangan lain seperti persaingan ketat dengan pusat perbelanjaan lain, biaya operasional yang tinggi, serta kebijakan ekonomi yang mempengaruhi daya beli masyarakat turut berkontribusi pada penutupan gerai ini.

Harapan dan Solusi bagi UMKM Pasca Penutupan Transmart
Dengan ditutupnya salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Manado ini, para pelaku UMKM kini harus mencari strategi baru untuk bertahan. Beberapa di antaranya mulai beralih ke penjualan online serta mencari lokasi alternatif untuk tetap menjalankan usahanya.
Pemerintah daerah diharapkan dapat mengambil langkah strategis untuk membantu para pelaku usaha kecil agar tetap bertahan di tengah kondisi yang sulit ini. Program pendampingan bisnis digital, pemberian insentif usaha, serta kebijakan yang mendukung pelaku UMKM menjadi beberapa solusi yang dapat diterapkan.
Sementara itu, masyarakat Manado juga diimbau untuk tetap mendukung usaha lokal dengan lebih mengutamakan produk-produk UMKM agar mereka bisa tetap bertahan di tengah perubahan ekonomi yang dinamis.
Penutupan Transmart Kairagi menjadi pengingat bahwa sektor ritel harus terus beradaptasi dengan perubahan zaman. Apakah Manado akan kehilangan lebih banyak pusat perbelanjaan di masa mendatang? Ataukah ini menjadi peluang bagi kebangkitan ekonomi digital di Sulawesi Utara? Waktu yang akan menjawab.