Manado, Sulawesi Utara – Menjelang perayaan Imlek 2576 Kongzili, suasana sukacita mulai terasa di berbagai penjuru Kota Manado. Perayaan tahun baru bagi masyarakat Tionghoa ini tidak hanya sekadar tradisi, tetapi juga menjadi momen istimewa yang mempererat hubungan kekeluargaan dan persaudaraan. Salah satu komunitas keturunan Tionghoa di Manado memiliki cara tersendiri dalam menyambut Imlek, yakni dengan berkumpul bersama kerabat, mengenakan pakaian tradisional, dan menikmati hidangan khas Imlek yang lezat.

Menjaga Tradisi, Mempererat Kebersamaan

Bagi komunitas ini, berkumpul jelang Imlek bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga cara untuk mempertahankan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun. Uniknya, komunitas ini terdiri dari anggota dengan latar belakang kepercayaan yang berbeda, namun tetap merayakan Imlek sebagai bagian dari budaya dan warisan leluhur.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, mereka berkumpul beberapa hari sebelum Imlek di salah satu rumah anggota komunitas. Para perempuan mengenakan Chongseam, pakaian tradisional Tionghoa yang elegan, sementara para pria tampil dengan busana bernuansa merah sebagai simbol keberuntungan dan kebahagiaan.

“Ini bukan hanya soal merayakan tahun baru, tetapi juga mengenang leluhur dan menjaga hubungan erat dengan keluarga dan sahabat,” ujar Jeane Mamahit, salah satu warga yang turut merayakan Imlek dengan mengenakan Chongseam hitam.

Santap Hidangan Khas, dari Kue Keranjang hingga Jeruk Mandarin

Salah satu hal yang tidak bisa dilewatkan dalam perayaan ini adalah makanan khas Imlek yang menggugah selera. Di meja makan, berbagai hidangan lezat tersaji, seperti kue keranjang, mie panjang umur, lumpia, dan dimsum. Hidangan ini tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga memiliki makna filosofis, seperti kue keranjang yang melambangkan keharmonisan dan kemakmuran, serta mie panjang umur yang mencerminkan doa untuk umur panjang dan kesehatan.

Selain itu, jeruk mandarin menjadi sajian wajib dalam perayaan ini. Buah ini melambangkan keberuntungan dan rezeki yang berlimpah. “Setiap tahun kami selalu menyediakan jeruk mandarin karena dipercaya membawa keberuntungan dan kesejahteraan,” kata Meihua, salah satu anggota komunitas yang hadir dengan mengenakan pakaian putih.

Sementara itu, Sandy, warga lain yang mengenakan baju merah, menambahkan bahwa kebersamaan dalam perayaan ini menjadi sesuatu yang selalu dinantikan. “Kami selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul karena ini bagian dari identitas kami sebagai keturunan Tionghoa di Manado. Walaupun sibuk, momen ini sangat berharga,” ujarnya.

Imlek: Perayaan Milik Semua

Di Manado, Imlek bukan hanya dirayakan oleh masyarakat keturunan Tionghoa, tetapi juga dinikmati oleh berbagai kalangan. Kota yang dikenal dengan toleransi dan keberagamannya ini menjadikan Imlek sebagai perayaan bersama yang memperkaya budaya lokal.

Sejumlah pusat perbelanjaan, kelenteng, hingga kawasan Pecinan di Manado mulai dihiasi dengan ornamen khas Imlek, seperti lampion merah dan simbol-simbol keberuntungan. Berbagai acara perayaan juga digelar, termasuk pertunjukan barongsai, pesta kembang api, dan pemberian angpao sebagai simbol berbagi rezeki.

Momen Imlek di Manado tidak hanya menjadi ajang silaturahmi bagi warga keturunan Tionghoa, tetapi juga menjadi bagian dari keragaman budaya yang memperkokoh persaudaraan di Sulawesi Utara. Seperti yang dikatakan oleh Meihua, “Imlek di Manado bukan hanya untuk satu golongan, tetapi untuk semua. Ini adalah waktu untuk berbagi kebahagiaan, menyebarkan kebaikan, dan mempererat persaudaraan.”

Dengan semangat kebersamaan yang kental, perayaan Imlek di Manado semakin terasa istimewa. Warisan budaya yang tetap dijaga, dipadukan dengan nilai-nilai toleransi yang tinggi, menjadikan perayaan tahun baru ini tidak hanya meriah, tetapi juga penuh makna.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *