Manado, Sulawesi Utara – Satu pekan menjelang perayaan Imlek 2576 Kongzili, suasana di Kelenteng Kwan Kong Kota Manado terasa penuh khidmat. Umat Tridharma berkumpul untuk menggelar sembahyang ‘Sang Sin’, sebuah ritual sakral yang diadakan sebagai wujud rasa syukur atas berkah sepanjang tahun 2575 dan doa permohonan untuk memasuki tahun baru dengan keberkahan.

Tradisi Syukur dan Harapan
Dengan mengenakan jubah putih yang melambangkan kesucian, puluhan umat Tridharma memadati Kelenteng Kwan Kong sejak pagi. Ritual ini dipimpin oleh pengurus dan tokoh agama setempat, diiringi lantunan doa yang dipanjatkan dalam suasana penuh kekhusyukan.
Sekretaris Badan Pengurus Harian Kelenteng Kwan Kong, Hendra Laukati, menjelaskan bahwa sembahyang ini memiliki makna mendalam. “Sembahyang ini adalah bentuk ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas penyertaan-Nya sepanjang tahun 2575. Kami bersyukur karena diluputkan dari bencana dan diberikan kehidupan yang damai,” ujarnya.
Selain mengucap syukur, umat juga memohon berkat berupa kesehatan, kemakmuran, serta kehidupan yang lebih baik bagi diri sendiri, keluarga, bangsa, dan negara.

Ritual Sakral Melalui ‘Tang Sin’
Dalam sembahyang ‘Sang Sin’, umat yang hadir juga dapat menyampaikan doa pribadi mereka melalui perantara ‘Tang Sin’. Tang Sin diyakini sebagai duta para dewa dan leluhur yang membawa doa-doa umat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kehadiran Tang Sin dalam upacara ini menambah khidmat suasana, di mana setiap doa dan permohonan disampaikan secara mendalam dan penuh pengharapan.
Sembahyang ‘Sang Sin’ juga menjadi momen penting untuk mengantarkan Dewa Dapur atau “Toa Pek Kong” kembali ke hadapan Tuhan. Tradisi ini melambangkan penyampaian laporan atas perilaku umat manusia selama satu tahun terakhir, sekaligus sebagai harapan agar tahun yang akan datang diberkati lebih banyak kebaikan.

Bersih-Bersih Arca: Awal Ritual Jelang Imlek
Sebagai bagian dari persiapan, umat Tridharma telah lebih dulu melakukan prosesi bersih-bersih arca di kelenteng. Ritual ini bertujuan untuk menyucikan simbol-simbol keagamaan, menjadikannya siap menyambut perayaan Imlek. Arca-arca dewa dibersihkan dengan penuh kehati-hatian, menggunakan air yang telah diberkati, sebagai bentuk penghormatan kepada para dewa.

Doa dan Harapan untuk Tahun 2576
Menurut Hendra Laukati, sembahyang kali ini juga menjadi pengingat bagi umat untuk selalu bersyukur dan menjaga hubungan harmonis dengan sesama manusia, alam, dan Tuhan. “Imlek adalah momentum refleksi, bukan hanya perayaan. Kami berharap tahun baru membawa kesehatan, kedamaian, dan rezeki berlimpah bagi seluruh umat,” tambahnya.
Selain di kelenteng, sembahyang ‘Sang Sin’ juga dapat dilakukan di rumah masing-masing, sehingga umat yang tidak dapat hadir tetap dapat melaksanakan tradisi ini dengan khidmat.

Persiapan Lain Jelang Imlek
Selain sembahyang, umat Tridharma di Manado juga sibuk mempersiapkan berbagai keperluan Imlek, seperti memasang dekorasi khas, menyiapkan angpao, dan memasak hidangan tradisional. Kelenteng Kwan Kong sendiri sudah dipenuhi dengan ornamen Imlek berwarna merah dan emas, melambangkan kebahagiaan dan kemakmuran.

Keharmonisan dan Keberagaman di Manado
Kota Manado, yang dikenal dengan toleransi dan keberagamannya, selalu menjadi contoh harmonisasi antarumat beragama. Perayaan Imlek di kota ini tidak hanya dirasakan oleh umat Tridharma, tetapi juga menjadi bagian dari kebahagiaan bersama masyarakat setempat. Banyak warga non-Tionghoa turut hadir menyaksikan dan menghormati tradisi ini, memperlihatkan kerukunan yang erat di tengah masyarakat.

Penutup
Sembahyang ‘Sang Sin’ bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi juga ungkapan rasa syukur yang mendalam dan doa untuk masa depan yang lebih baik. Dengan semangat kebersamaan dan harapan baru, umat Tridharma di Manado menyongsong Imlek 2576 Kongzili dengan penuh optimisme.
Perayaan ini tidak hanya menjadi simbol tradisi dan keyakinan, tetapi juga pengingat akan pentingnya menjaga harmoni dalam keberagaman, menjadikan Manado sebagai kota yang penuh toleransi dan kebahagiaan.