Manado – Sepuluh hari menjelang perayaan Imlek atau Tahun Baru China, umat Tri Dharma di Klenteng Ban Hin Kiong, Kota Manado, melaksanakan tradisi tahunan mereka yang dikenal sebagai “Cuci Arca.” Tradisi ini merupakan ritual sakral yang dilakukan sebagai bentuk persiapan fisik dan spiritual untuk menyambut Imlek dan perayaan Cap Go Meh.

Arca Ratusan Tahun Dibersihkan dengan Khidmat
Di lobby utama Klenteng Ban Hin Kiong, terlihat deretan arca-arca kuno yang telah berusia ratusan tahun tertata rapi di atas meja khusus. Para umat Tri Dharma, yang mengenakan pakaian serba putih, membersihkan arca-arca tersebut dengan penuh khidmat. Proses pencucian menggunakan air sabun yang telah diberkati, dilanjutkan dengan pembersihan secara detail, satu per satu.
Menurut Jemmy Budijaya Binsar, Ketua Badan Harian Klenteng Ban Hin Kiong, ritual ini bukan sekadar kegiatan membersihkan arca, tetapi memiliki makna mendalam. “Cuci Arca adalah simbol pembersihan diri. Arca yang menjadi perwujudan leluhur dan dewa-dewi harus dibersihkan sebagai bentuk penghormatan, sekaligus refleksi untuk memurnikan hati dan pikiran kita menjelang Tahun Baru Imlek,” jelasnya.

Tidak Hanya Arca, Seluruh Klenteng Juga Direnovasi
Selain mencuci arca, seluruh bagian Klenteng Ban Hin Kiong juga dibersihkan secara menyeluruh. Bagian-bagian bangunan, mulai dari altar utama, patung naga di pintu masuk, hingga ornamen-ornamen khas Tionghoa, dicuci dan diperbarui agar terlihat bersih dan indah. Proses peremajaan ini menciptakan suasana baru yang lebih segar untuk menyambut para pengunjung dan umat yang akan beribadah.
“Ritual ini juga melibatkan semua lapisan umat. Dengan gotong royong, kami memastikan bahwa klenteng ini benar-benar siap secara fisik dan spiritual untuk perayaan Imlek dan Cap Go Meh,” tambah Jemmy.

Makna Mendalam di Balik Tradisi
Cuci Arca tidak hanya berfokus pada pembersihan fisik, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang kuat. Tradisi ini mengajarkan umat Tri Dharma untuk menyucikan hati, memohon berkat, dan melepaskan beban atau dosa di tahun sebelumnya. Jemmy menegaskan pentingnya menghadirkan hati yang murni untuk memasuki tahun baru dengan penuh harapan dan keberkahan.
“Imlek bukan hanya soal perayaan, tetapi juga momen introspeksi. Umat Tri Dharma diajak untuk merefleksikan diri, membersihkan hati, dan memperbarui semangat mereka untuk tahun yang akan datang,” ujarnya.

Persiapan Menyambut Imlek dan Cap Go Meh
Tahun Baru Imlek tahun ini jatuh pada 29 Januari, dan Klenteng Ban Hin Kiong dipastikan akan menjadi pusat kegiatan umat Tri Dharma di Manado. Selain tradisi Cuci Arca, berbagai kegiatan lain telah dijadwalkan, termasuk doa bersama, persembahan makanan, dan perayaan Cap Go Meh yang diisi dengan parade budaya seperti barongsai dan liong.
Cap Go Meh, yang jatuh pada hari ke-15 setelah Imlek, menjadi puncak perayaan tahun baru bagi umat Tri Dharma. Tradisi ini melibatkan berbagai prosesi budaya yang melambangkan pengusiran roh jahat dan mendatangkan keberuntungan di tahun mendatang.

Klenteng Ban Hin Kiong: Warisan Sejarah dan Spiritualitas
Klenteng Ban Hin Kiong sendiri adalah salah satu klenteng tertua di Sulawesi Utara, yang telah berdiri sejak abad ke-18. Klenteng ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga menjadi simbol warisan budaya Tionghoa yang kaya akan nilai sejarah dan spiritualitas.
Dengan segala persiapan yang dilakukan, Klenteng Ban Hin Kiong siap menjadi pusat perhatian dalam perayaan Imlek dan Cap Go Meh tahun ini. Umat Tri Dharma berharap, melalui tradisi ini, mereka dapat menyambut tahun baru dengan berkah, kesehatan, dan kesuksesan yang melimpah.

Pesan Jemmy untuk Umat
Menutup penjelasannya, Jemmy Budijaya Binsar memberikan pesan kepada seluruh umat Tri Dharma. “Mari kita sambut Imlek dengan hati yang murni dan penuh sukacita. Bersihkan diri dari kebencian, iri hati, dan dosa, sehingga kita dapat memasuki tahun yang baru dengan semangat dan harapan yang segar.”
Tradisi Cuci Arca di Klenteng Ban Hin Kiong adalah salah satu bukti bagaimana nilai-nilai budaya dan spiritual tetap hidup dan menjadi perekat bagi komunitas Tionghoa di Kota Manado. Dengan semangat gotong royong dan kebersamaan, tradisi ini terus dilestarikan dari generasi ke generasi.