Bitung, Sulawesi Utara – Puluhan siswa Sekolah Dasar (SD) GUPPI di Kelurahan Bitung Barat Satu, Kota Bitung, harus menjalani proses belajar mengajar di sebuah masjid setelah bangunan sekolah mereka digembok oleh pemilik lahan. Kondisi ini memaksa para siswa dan guru untuk tetap melanjutkan kegiatan belajar, meski tanpa fasilitas meja dan kursi yang memadai.

Siswa Belajar di Lantai Masjid
Siswa SD GUPPI kini harus belajar dengan cara melantai di Masjid Al-Hikmah, yang terletak tak jauh dari bangunan sekolah. Meski fasilitas belajar sangat terbatas, para siswa tampak tetap bersemangat mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru mereka. Namun, kondisi ini jauh dari ideal. Ketiadaan meja, kursi, dan alat tulis yang memadai menjadi tantangan besar bagi para siswa dan guru dalam menjalankan aktivitas belajar mengajar.
Norma Umamah, Kepala Sekolah SD GUPPI, mengungkapkan bahwa situasi ini merupakan dampak dari perselisihan antara pihak yayasan yang mengelola sekolah dengan pemilik lahan. “Kami terpaksa memindahkan kegiatan belajar mengajar ke masjid ini karena bangunan sekolah digembok oleh pemilik lahan. Proses belajar akan tetap berlangsung di sini sampai ada kesepakatan antara yayasan dan pemilik lahan,” kata Norma.

Perselisihan Pemilik Lahan dan Yayasan GUPPI
Permasalahan ini bermula dari dugaan bahwa Yayasan GUPPI belum melunasi pembayaran lahan sekolah kepada pemiliknya, yang diketahui merupakan anggota TNI yang bertugas di Gorontalo. Pemilik lahan disebut berencana menggadaikan surat kepemilikan tanah sekolah tersebut ke pihak bank, dengan pembayaran cicilan yang akan dibebankan kepada pihak yayasan.
Namun, hingga saat ini, pihak yayasan belum memberikan tanggapan atas rencana tersebut. Hal ini membuat pemilik lahan mengambil langkah drastis dengan mengunci bangunan sekolah sehingga siswa tidak dapat mengakses fasilitas belajar mereka.
“Kami belum menerima respons dari pihak yayasan terkait usulan tersebut. Selama ini kami hanya berkomunikasi dengan kepala sekolah, namun keputusan tetap berada di tangan yayasan,” ujar salah satu perwakilan pemilik lahan.

Tantangan Proses Belajar di Masjid
Proses belajar di masjid menghadirkan banyak kendala, terutama kurangnya fasilitas pendukung seperti meja, kursi, dan papan tulis. Para guru harus beradaptasi dengan situasi ini untuk memastikan siswa tetap menerima pelajaran.
“Kami mengerti kondisi ini sangat sulit, tetapi kami tidak punya pilihan lain. Yang penting anak-anak tetap belajar dan tidak tertinggal pelajaran,” tambah Norma.
Salah satu siswa, Rizky (10), mengaku merasa kurang nyaman belajar di masjid. “Kami belajar di lantai, tidak ada meja untuk menulis. Tapi kami tetap datang ke sekolah karena ingin belajar,” ungkapnya.

Dukungan Warga dan Pemerintah Diperlukan
Kondisi ini memicu keprihatinan dari warga sekitar, yang berharap adanya solusi cepat agar siswa dapat kembali belajar di bangunan sekolah mereka. Beberapa warga bahkan memberikan bantuan berupa karpet untuk alas belajar di masjid.
“Kasihan anak-anak. Kami berharap pemerintah segera turun tangan untuk membantu menyelesaikan masalah ini,” kata salah satu warga setempat.
Pihak Dinas Pendidikan Kota Bitung dikabarkan telah mengetahui masalah ini dan sedang melakukan mediasi antara pemilik lahan dan Yayasan GUPPI. Namun, hingga berita ini diturunkan, belum ada keputusan resmi terkait penyelesaian sengketa tersebut.

Harapan Akan Solusi Cepat
Kondisi ini menjadi pengingat pentingnya koordinasi yang baik antara pengelola sekolah, pemilik lahan, dan pihak terkait lainnya untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap hak pendidikan anak. Para siswa dan guru SD GUPPI berharap permasalahan ini dapat segera diselesaikan, sehingga mereka bisa kembali belajar di lingkungan yang layak.
Pendidikan adalah hak setiap anak, dan situasi ini menuntut perhatian serius dari semua pihak. Meski berada dalam keterbatasan, semangat para siswa dan guru SD GUPPI untuk terus belajar dan mengajar menjadi bukti bahwa pendidikan tidak boleh terhenti meski dalam kondisi sulit.