Bitung, Sulawesi Utara – Puluhan siswa Sekolah Dasar (SD) GUPPI di Kelurahan Bitung Barat Satu, Kota Bitung, harus menghadapi kenyataan pahit di hari pertama masuk sekolah. Bukannya duduk di dalam kelas dengan semangat baru, mereka justru terpaksa menunggu di depan gerbang sekolah yang digembok. Kejadian ini terjadi karena pemilik lahan mengklaim hak atas tanah tempat sekolah tersebut berdiri.

Pemandangan memilukan terlihat sejak pagi hari, Senin (7/1), ketika siswa dari kelas satu hingga kelas enam bersama orang tua mereka hanya bisa berdiri di depan gerbang sekolah yang terkunci rapat. Pintu sekolah digembok oleh pihak yang mengaku sebagai pemilik lahan, membuat kegiatan belajar-mengajar terhenti total.

Pemilik Lahan Gembok Sekolah, Tuntut Pengelolaan Lahan

Kepala Sekolah SD GUPPI, Norma Umamah, menjelaskan bahwa tindakan ini dilakukan oleh pemilik lahan yang menuntut agar pihak sekolah segera membayar sejumlah uang terkait lahan tersebut. “Pemilik lahan berencana menggadaikan tanah ini ke pihak bank, dan kami diminta untuk membayar angsuran jika ingin tetap menggunakan lahan ini untuk kegiatan sekolah,” ungkap Norma.

Norma juga menambahkan bahwa ini bukan pertama kalinya pemilik lahan mengambil tindakan seperti ini. “Penutupan ini sudah terjadi dua kali. Namun hingga saat ini, pihak sekolah bersama Yayasan GUPPI belum menemukan solusi untuk menyelesaikan permasalahan ini,” tambahnya.

Kepastian Nasib Sekolah Masih Menggantung

Norma mengakui bahwa pihak sekolah tidak bisa memberikan keputusan secara sepihak. Persoalan ini harus dibahas lebih lanjut dengan Yayasan GUPPI, selaku pengelola sekolah, dan juga Dinas Pendidikan Kota Bitung. Pihak sekolah berharap ada solusi cepat agar siswa dapat kembali belajar seperti biasa.

“Kami sudah melaporkan kejadian ini ke Dinas Pendidikan. Saat ini, kami masih menunggu petunjuk lebih lanjut dari mereka. Kami juga akan membicarakan masalah ini secara internal dengan yayasan,” kata Norma.

Kisah Sedih Siswa di Hari Pertama Masuk Sekolah

Salah satu orang tua siswa, Maria (38), tidak bisa menyembunyikan rasa kecewanya. “Anak-anak sudah semangat untuk masuk sekolah di hari pertama, tapi malah disuruh menunggu di depan pagar yang terkunci. Ini sangat menyedihkan,” ujarnya.

Maria mengungkapkan bahwa para siswa akhirnya terpaksa belajar seadanya di bawah pohon di halaman luar sekolah. Guru-guru berusaha memberikan pengajaran semampunya, meskipun tanpa fasilitas yang memadai.

“Saya berharap masalah ini cepat selesai. Kasihan anak-anak yang menjadi korban. Mereka hanya ingin belajar, tetapi malah terhalang oleh konflik yang seharusnya bisa diselesaikan orang dewasa,” tambahnya.

Pemilik Lahan Sulit Ditemui

Hingga berita ini ditulis, pemilik lahan yang melakukan penggembokan belum dapat dimintai keterangan oleh media. Upaya untuk menghubungi pihak pemilik lahan juga belum membuahkan hasil. Konflik ini menunjukkan betapa pentingnya transparansi dan kejelasan hukum dalam pengelolaan aset sekolah.

Reaksi Publik dan Pemerintah

Kasus ini telah menarik perhatian publik di Kota Bitung. Banyak warga yang mengecam tindakan pemilik lahan yang dianggap tidak memikirkan nasib puluhan siswa. Beberapa tokoh masyarakat setempat bahkan menyerukan agar pemerintah kota segera turun tangan untuk menyelesaikan konflik ini.

“Kami minta Wali Kota Bitung dan Dinas Pendidikan segera ambil langkah konkret. Ini menyangkut masa depan anak-anak,” ujar salah satu tokoh masyarakat.

Harapan Solusi Cepat

Dengan situasi yang semakin mendesak, seluruh pihak yang terkait diharapkan segera menemukan solusi terbaik. Yayasan GUPPI sebagai pengelola sekolah, pemilik lahan, dan pemerintah daerah perlu duduk bersama untuk mencari jalan tengah.

Sementara itu, para siswa dan guru SD GUPPI harus tetap bersabar dan berharap agar aktivitas belajar-mengajar dapat segera berjalan normal. Hingga saat ini, konflik lahan ini menjadi salah satu tantangan besar dalam dunia pendidikan di Kota Bitung.

“Kami hanya ingin belajar seperti biasa,” ujar salah seorang siswa dengan mata penuh harap. Nasib mereka kini bergantung pada upaya dan keputusan semua pihak yang terlibat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *