radiodigitalmanado.co.id – Kota Bitung, yang selama ini dikenal sebagai salah satu kota terbersih di Indonesia dan kerap meraih penghargaan Adipura tingkat Kota Sedang, kini menghadapi tantangan besar. Hampir di setiap titik, termasuk lokasi-lokasi yang biasanya menjadi perhatian khusus dalam penilaian Adipura, terlihat tumpukan sampah yang belum diangkut. Kondisi ini menjadi perhatian serius masyarakat, apalagi bau busuk yang menyengat mulai mengganggu kenyamanan mereka.
Situasi ini kian memprihatinkan karena Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) di beberapa wilayah penuh sesak, membuat aktivitas warga di sekitarnya terganggu. Tidak sedikit masyarakat yang mengeluhkan dampaknya terhadap kesehatan dan lingkungan sekitar.

Pemerintah Kota Kekurangan Anggaran
Ketika dikonfirmasi, Pemerintah Kota Bitung mengakui bahwa kendala utama dalam pengangkutan sampah adalah keterbatasan anggaran. Dana yang seharusnya digunakan melalui APBD Perubahan belum bisa diakses, karena belum disahkan oleh DPRD setempat.
Wali Kota Bitung, Maurits Mantiri, menjelaskan bahwa pihaknya sudah berupaya mencari solusi. Koordinasi dengan pemerintah pusat terkait pergeseran anggaran telah dilakukan, namun hingga kini belum ada kepastian mengenai pencairan dana tersebut.
“Kami paham situasi ini sangat mengganggu masyarakat. Tapi kami menghadapi kendala besar karena keterbatasan anggaran. Jika masalah ini tidak segera teratasi hingga akhir tahun, kami khawatir dampaknya akan merugikan kesehatan masyarakat secara luas,” ujar Maurits Mantiri.

Ancaman Kehilangan Adipura
Tumpukan sampah yang mencemari hampir seluruh sudut kota menjadi ancaman besar bagi predikat Kota Bitung sebagai salah satu kota terbersih di Indonesia. Penghargaan Adipura yang telah rutin diraih setiap tahun juga terancam jika kondisi ini terus berlanjut.
Beberapa lokasi strategis yang menjadi poin penilaian Adipura, seperti taman kota, pusat perdagangan, dan area pemukiman, kini dipenuhi sampah yang tidak terangkut. Hal ini mengurangi estetika dan kebersihan lingkungan yang selama ini menjadi kebanggaan masyarakat Bitung.

Keluhan Masyarakat
Warga Bitung berharap pemerintah segera menemukan solusi konkret. Salah seorang warga Kelurahan Girian, Agus Tambing, mengungkapkan bahwa bau menyengat dari TPS di dekat rumahnya membuat aktivitas sehari-hari terganggu.
“Kami jadi tidak nyaman, terutama saat ada angin. Baunya masuk ke rumah. Kalau dibiarkan seperti ini, bagaimana kesehatan anak-anak kami?” keluhnya.
Masyarakat mendesak agar pemerintah segera mengambil langkah darurat untuk menangani masalah ini, seperti pengangkutan manual atau melibatkan pihak swasta jika anggaran pemerintah masih terkendala.

Dampak Kesehatan dan Lingkungan
Tidak hanya mengganggu kenyamanan, tumpukan sampah yang dibiarkan terlalu lama berpotensi memicu berbagai masalah kesehatan, seperti munculnya penyakit pernapasan, infeksi kulit, hingga wabah penyakit yang disebabkan oleh lalat dan tikus. Selain itu, sampah yang menumpuk dapat mencemari tanah dan air, memperburuk kualitas lingkungan secara keseluruhan.

Solusi Darurat Dibutuhkan
Untuk sementara, Pemerintah Kota Bitung diharapkan segera mencari alternatif, seperti menggandeng mitra swasta atau mengalihkan sebagian anggaran lain untuk menanggulangi krisis ini.
“Kami mendesak pemerintah untuk bertindak cepat. Sampah ini tidak bisa menunggu anggaran. Kalau dibiarkan, kita akan menghadapi bencana kesehatan dan lingkungan,” tegas seorang aktivis lingkungan, Martha Tumengkol.

Harapan di Tengah Krisis
Kota Bitung, dengan sejarahnya sebagai kota bersih, kini menghadapi ujian berat. Semua pihak, mulai dari pemerintah hingga masyarakat, diharapkan dapat berkolaborasi untuk mengatasi masalah ini sebelum dampaknya meluas. Apakah Bitung mampu menjaga reputasinya sebagai kota terbersih? Hanya waktu dan tindakan nyata yang dapat menjawabnya.