Selain itu, nilai jual minyak nilam yang ia hasilkan juga mengalami peningkatan signifikan. Kini, minyak sulingan nilam dihargai hingga Rp2.000.000 per kilogramnya. Nilam sendiri merupakan bahan utama dalam pembuatan berbagai produk unggulan, seperti parfum, produk kecantikan, hingga farmasi. Hal ini membuat tanaman ini semakin banyak diminati oleh para investor.
Sandy mengakui, kesuksesannya tidak lepas dari bimbingan seorang pengusaha penyulingan nilam bernama Jouke Tambuwun. Pak Jouke, yang pertama kali memperkenalkan tanaman nilam di Tompaso Baru, telah mendirikan fasilitas penyulingan dengan kapasitas produksi empat tong penyulingan. Usahanya ini menghasilkan omzet puluhan juta rupiah setiap harinya. Berkat dukungan dan arahan dari Pak Jouke, Sandy pun mampu mengembangkan usahanya menjadi lebih besar dan menguntungkan.

Kisah sukses Sandy Lonteng ini menjadi inspirasi bagi banyak petani muda di wilayahnya. Bagi mereka yang tertarik beralih ke tanaman nilam, Sandy berbagi bahwa kunci kesuksesan terletak pada ketekunan dan inovasi. Jika petani mampu memahami cara menanam dan merawat tanaman nilam dengan baik, maka hasil yang maksimal pun bukan lagi impian.
Kisah ini memberikan gambaran bahwa sektor pertanian, jika dikelola dengan baik dan dibarengi dengan teknologi serta pengetahuan yang memadai, mampu memberikan hasil yang menjanjikan bagi para petani. Sandy Lonteng, sebagai contoh petani milenial yang berhasil, kini menjadi simbol harapan bagi pengembangan pertanian di Tompaso Baru dan sekitarnya.